100 Year Old Man Who Climbed Out The Window And Disappeared


























Novel
100 Year Old Man Who Climbed Out The Window And Disappeared
Jonas Jonasson
2013

Saya rada bingung mau mulai dari mana untuk membahas buku ini, bingung saking banyaknya hal-hal menarik dan lucu (sangat lucu!) yang dapat ditulis. Okelah, pertama adalah gambar diatas adalah cover novel bahasa Inggris, versi bahasa Indonesianya kurang lebih gambarnya mirip tapi didominasi warna hijau terbitan Bentang Pustaka.
Yang kedua adalah plot nya yang lucu banget, saya coba sederhanakan deh, sang tokoh adalah Alan Karlson versi parodi dari Alfred Nobel (itu lho pendiri Nobel Prize yang bergengsi, ahli bahan peledak) dari Swedia, mungkin juga bisa disebut Forrest Gump nya Swedia (bedanya kalo Forrest Gump memang rada-rada blo'on tapi kalo Alan rada blo'on karena sudah tua dan bisa jadi jenius bila dibutuhkan).
Yang ketiga adalah rasa dan pikiran kita diaduk-aduk dengan pola pikir sang tokoh, kakek 100 tahun yang masih semangat berpetualang karena alasan sederhana : tidak suka ulang tahunnya yang ke 100 dirayakan besar-besaran !, berpetualang dan bertemu dengan orang-orang yang (cukup) aneh, melarikan diri dari buruan polisi (yang mengira sang kakek diculik) serta untuk meramaikan suasana sang kakek diburu pula oleh penjahat (yang merasa sangat professional padahal amatiran sejati). dalam perjalanan pelarian inilah sang penulis mengungkapkan dalam flashback bahwa Alan Karlson bukanlah kakek-kakek sembarangan, beliau telah melanglang buana meninggalkan Swedia (setelah sebelumnya tidak sengaja meledakan rumahnya sendiri dalam percobaan dinamit) ke hampir seluruh dunia, bertemu pemimpin-pemimpin dunia mulai dari Presiden Amerika, pemimpin Cina - Mao dan lain-lain ... dengan keahlian bahan peledaknya, ternyata Alan lah yang memberi ide pada Oppenheimer untuk membuat bom atom !
Yang keempat, mungkin yang terakhir tanpa memberi anda spoilers adalah gaya menulis novel ini yang mengalir lancar, padat, mudah dicerna dan sangat, sangat, sangat lucu (yang tidak tertawa atau minimal tersenyum artinya memang rada o'on untuk urusan sejarah dunia) serta semangat mentertawakan sejarah dan terutama politik ... dari kacamata san kakek yang kadang-kadang naifnya tidak ketulungan.
Yang menyedihkan dari buku ini adalah saat kunjungan Alan Karlson ke Indonesia (Bali tepatnya ... orang bule kan cuma kenal Bali), meskipun diceritakan kunjungan tersebut pada era akhir Orde Baru tapi tetap saja malu rasanya jadi orang Indonesia karena yang jadi bahan bahasan adalah ... KORUPSI ! Bagaimana jadi pejabat di Indonesia cukup suap sana suap sini, bagaimana demokrasi cuma kata yang bisa di beli asal punya uang dan seterusnya ... dan saya malu karena hal yang sama masih terjadi hingga saat ini.
Oke lah, untuk yang suka cerita ringan, lucu, menghibur, ada bumbu sejarah dan ... ini yang lebih penting, mungkin cara pandang sang kakek tokoh cerita yang sederhana, naif, kadang-kadang cuek, jujur bisa membuat dunia yang lebih baik.
Nilai 4 1/2 bintang dari 5 bintang.

Comments