Wolf Totem





















Novel
Wolf Totem
oleh Jiang Rong
Penerbit Hikmah

Terus terang saja ketika membeli buku ini saya tidak punya ekspetasi apa-apa, pertimbangannya sederhana : gambar serigala di cover bukunya dan latar belakang tempatnya yaitu Mongolia, mengingatkan pada novel Jengis Khan karya John Man.
Novel semi otobiographi ini bercerita mengenai Chen Zen, seorang pelajar dari Beijing yang memilih untuk ditempatkan di daerah perbatasan Mongolia dan Cina pada masa revolusi kebudayaan tahun 1968. Penempatan pelajar dari kota di pedalaman adalah umum pada waktu itu, untuk mendukung ide-ide revolusioner pemimpin Mao, salah satunya adalah perluasan daerah pertanian di daerah perbatasan yang kebanyakan dihuni oleh suku nomad.
Awal novel ini menceritakan bagaimana Chen Zen mencoba menjalani kehidupan keras di padang rumput sebagai penggembala ternak, sebagai pemburu, sebagai pekerja dalam brigadenya di bawah bimbingan Bilgee, biasa dipanggil Aba salah seorang yang dihormati di suku tersebut. Kisah berlanjut dengan perubahan pada Chen Zen yang mulai menikmati dan mencintai kehidupan di padang rumput serta pada puncaknya adalah pertemuan dengan penguasa sebenarnya dari padang rumput, para srigala !
Kehidupan pada predator padang rumput ini bukan hanya membuat penasaran Chen Zen tetapi juga mengubah hidupnya. Penjelasan Bilgee mengenai kisah Jenghis Khan yang belajar pada perilaku srigala sebagai inspirasinya untuk bersiasat pertempuran sangat, sangat menarik. Taktik, strategi, kecerdasan dan kesabaran srigala dalam mencari mangsa benar-benar digambarkan dengan sangat menarik. Srigala menjadi sangat ditakuti sekaligus dihormati di padang rumput. Hal inilah yang membuat Chen Zen penasaran, sehingga memutuskan untuk 'mencuri' anak srigala serta mencoba untuk memeliharanya. Perbuatan ini bukan hanya berbahaya tetapi juga betentangan dengan budaya suku nomad. Hubungan antara Chen Zen serta srigala kecilnya lah yang menjadi fokus novel ini, disamping pola hubungan suku nomad dan srigala padang rumput yang mulai rusak akibat para pendatang yang memaksakan pertanian kolektif, yang ujung-ujungnya adalah merusak alam. Terlepas dari tempo penceritaan yang cenderung lambat, novel ini sangat menarik khususnya penulisan mengenai srigala padang rumput, kerasnya hidup suku nomad  dan perjuangan Chen Zen memelihara 'srigala kecil'nya.


























Kemarin 29 Agustus 2015 baru nonton filmnya, film Cina dengan arahan sutradara Perancis, Jean-Jacques Annaud. Film tahun 2015 ini, rilis bulan Februari meskipun adaptasi dari novel tetapi tidak 100% sama. Maklum, mungkin karena sutradaranya orang Perancis maka jadi kewajiban supaya di filmnya ada 'romance'nya, dikit siiih.
Ceritanya tidak banyak berbeda dengan novelnya, tapi yang film ini membuatku rada 'merinding' adalah visualisasi padang rumputnya dan - terutama - serigala-serigalanya, kereeeeen .... !!! Penggambaran sebagai binatang cerdas, pemburu, jago strategi, buas, tidak kenal ampun dan (spoiler) sangat sulit dijinakan. Adegan pengepungan rombongan ternak kuda oleh srigala selama badai salju sangat spektakuler !
Untuk anda pecinta binatang, pemerhati lingkungan, penikmat film dan pambaca novel sangat saya sarankan untuk menonton film ini, meski lebih ringan dibanding novelnya tapi tetap menarik, menghibur dan memperkaya ilmu serta wawasan.

Comments