Mother's Day

Hari Ibu


Hari ini, 22 Desember 2015 diperingati sebagai Hari Ibu. Islam menempatkan perempuan dalam kedudukan yang sangat mulia, salah satunya dengan melihat perannya sebagai ibu. Dalam sebuah hadis dikisahkan, suatu hari, Abu Hurairah RA berkata, "Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa yang berhak aku pergauli dengan baik?' Rasulullah menjawab, 'Ibumu.' Laki-laki itu bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasulullah menjawab, "Ibumu." Ia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasulullah menjawab, "Ibumu." Sekali lagi pria itu bertanya, "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab, "Bapakmu." (HR Bukhari). Hadis lain bahkan menyebutkan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.

Perhatian Islam terhadap ibu juga ditunjukkan dalam ayat Alquran yang menggambarkan kesulitan seorang ibu dalam mengandung, melahirkan, menyusui, hingga mendidik anak. Dalam perkara dunia, perempuan salehah yang menjadi cikal bakal seorang ibu yang baik disebut sebagai perhiasan dunia yang paling indah. Semua hadis dan ayat di atas menunjukkan pada satu realitas bahwa kedudukan seorang ibu sangatlah penting dalam keberlangsungan kehidupan di dunia. Oleh karena itu, ibu juga menjadi madrasah pertama (madrasatul ula) dalam keluarga. Dari sinilah lahir generasi anak-anak yang tangguh dan berbakti kepada orang tua.


Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak ibarat investasi yang menguntungkan bagi kehidupan akhirat. Anak yang berbakti akan menjadi jalan bagi orang tua untuk mendapatkan berbagai keringanan dalam kehidupan di akhirat. "Ada kisah tentang bagaimana ibu yang meninggal dunia tidak banyak bawa pahala, tapi banyak dosa. Akhirnya (dosa-dosa itu) bisa dikikis oleh anak yang berbakti kepada orang tua,". Sebaliknya, dengan berbakti kepada orang tua, seorang anak akan mudah diridhai oleh Allah SWT. Padahal, ridha Allah SWT merupakan kunci dari berbagai kemudahan di dunia dan akhirat. Suatu hari Rasulullah pernah bersabda, "Ridha Allah pada ridha orang tua dan murka Allah pada murka orang tua." (HR al-Baihaqy).

Ini berlaku karena keberadaan anak ditentukan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, anak tetap dituntut untuk memuliakan kedua orang tuanya walaupun mereka tidak mendidik semaksimal yang seharusnya. Sebaliknya, kekecewaan terhadap sikap, pemikiran, maupun keputusan anak tak seharusnya membuat orang tua menjatuhkan murka. Ketidaksesuaian anak dengan harapan orang tua, hendaknya membuat mereka berintrospeksi diri dan melihat kembali proses pendidikan yang telah dijalankan dalam keluarga.

Komunikasi dan teladan menjadi kunci dalam mencetak anak berbakti. Orang tua harus mampu mengomunikasikan setiap tindakan, keputusan, maupun aturan yang dibuat. Ketika melarang, seorang ibu harus mampu memberikan alasan yang dapat dipahami oleh anak. Orang tua tidak cukup memberikan doktrin-doktrin tanpa penjelasan seperti yang banyak diberlakukan oleh pendahulu mereka. Teladan juga penting untuk membuat anak memahami contoh-contoh yang baik dalam kehidupan. Dari upaya ini, anak akan mengenal kata maaf, minta tolong, dan mengapresiasi tindakan baik dengan ucapan terima kasih.

Teladan yang baik dimulai sejak anak masih kecil. Ini bisa diawali dari hubungan antarpasangan. Ketika melihat orang tua mampu bersikap saling menghargai, anak akan mengikuti, begitu juga sikap apresiatif orang tua kepada anak. Kebiasaan baik ini akan kembali kepada orang tua dengan menghasilkan anak yang baik pula. Pentingnya peran ibu menuntut persiapan yang baik dari para wanita untuk mengemban tugas mulia ini. Sebelum menikah, para perempuan harus telah mengetahui konsekuensi akan perannya sebagai istri dan ibu. Ibu adalah peran yang sangat mulia, dunia dan akhirat. Selamat hari Ibu !


My Beloved Mother



Comments