RUU PERTEMBAKAUAN IZIN RESMI MEMBUNUH INDONESIA!

Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) meluncurkan iklan layanan masyarakat tentang penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Pertembakauan untuk menyindir anggota DPR. "Sudah berkali-kali kami menyampaikan bahwa RUU Pertembakauan berpihak kepada bandar produk mematikan dan mengancam keselamatan bangsa. Namun, DPR seperti menutup mata dan telinga," kata Ketua Umum Komnas PT dr Prijo Sidipratomo melalui siaran persnya di Jakarta, Rabu (16/3/2016), seperti dikutip Antara.
Agar iklan layanan masyarakat itu dibaca oleh anggota DPR, Komnas PT menempatkan salah satunya di depan Kompleks Parlemen di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Iklan tersebut mulai terpasang sejak Selasa (15/3/2016). Iklan tersebut menggambarkan sepasang kaki jenazah dengan tulisan besar di atasnya "SELAMAT! ANDA MELINDUNGI BANDAR PRODUK MEMATIKAN BERKEDOK CITARASA DAN WARISAN BUDAYA". Pada kaki jenazah tersebut juga terikat label bertuliskan, "RUU PERTEMBAKAUAN IZIN RESMI MEMBUNUH INDONESIA". Di bagian bawah iklan itu tertulis "#TolakRUUPertembakauan".
"Kata 'Selamat' merupakan sindiran yang ditujukan kepada anggota DPR yang tampak begitu bangga telah bersikap kompak dengan industri dan memilih tidak mendengar penolakan yang muncul dari rakyat yang diwakilinya," tutur Prijo. Melalui iklan layanan masyarakat itu, Komnas PT juga mengajak masyarakat untuk bergerak bersama dalam gerakan #TolakRUUPertembakauan dan menyampaikan pesan tersebut kepada para wakil rakyat. Menurut Prijo, RUU Pertembakauan dengan pasal-pasal yang mendukung peningkatan produksi, promosi, dan pengembangan produk tembakau merupakan ancaman terhadap keselamatan bangsa.
RUU Pertembakauan merupakan kemunduran bagi Indonesia. Di saat negara-negara lain memiliki undang-undang yang melindungi rakyatnya dari ancaman nikotin dan asap rokok, kata dia, Indonesia justru melahirkan undang-undang yang melindungi industrinya. "Indonesia sedang menanti bonus demografi melalui generasi emas pada 2045. Namun, bila produksi dan konsumsi rokok terus meningkat, bahkan didukung dengan hukum yang harus dijalankan, kita semua harus mengucapkan selamat tinggal pada bonus demografi," kata Dewan Penasihat Komnas PT Prof Emil Salim.
Remaja menjadi target pasar industri rokok tertinggi di Indonesia. Saat ini, 20 persen pemuda di Indonesia menggunakan tembakau dan mengonsumsi rokok pada usia yang lebih muda. Data Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan, prevalensi perokok usia 15-19 tahun sebesar 57,3 persen pada laki-laki dan 29,2 persen pada perempuan. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dari berbagai kelompok usia.

Seperti dikutip dari Harian Kompas (3/3/2016), Guru besar ekonomi dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim mengatakan, anak dan remaja menjadi target pasar industri rokok saat ini. Remaja mudah terpengaruh zat adiktif dengan membiasakan mereka terhadap nikotin. Hal tersebut dapat menjadi awal konsumsi narkoba."Ada 90 persen pencandu narkoba adalah perokok usia dini. Ini tidak boleh dibiarkan. Pada saat bonus demografi harus dibarengi produktivitas yang baik dengan kualitas berpikir yang baik," kata Emil. 

Aksi sekelompok mahasiswa farmasi STIKES Ngudi Waluyo dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan gerakan menukar sebatang rokok dengan sekotak susu, di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Kabupaten Semarang, Minggu (29/5/2016
Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Widyastuti Soerojo mengatakan, efek adiktif yang membuat orang kembali mengonsumsi rokok. "Industri menyatakan, remaja adalah target pembeli rokok di masa depan. Jadi, jelas target mereka adalah remaja. Ini yang bahaya ketika kesehatan dikorbankan," kata Widyastuti. Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia Ilham Oetama Marsis mengatakan, bahaya rokok tidak hanya ditanggung oleh generasi saat ini, tetapi juga memengaruhi satu generasi yang akan datang. Zat kimia dalam asap rokok akan terus mengikuti rantai kehidupan perokok hingga turun ke anaknya. "Dimungkinkan ada gangguan neurologis. Muaranya, daya inteligensia orang menjadi rendah. Padahal, generasi ini yang akan memimpin bangsa kita ke depan," kata Oetama.

Sumber : www.kompas.com 

Comments