Mudik Menantang Maut

Mudik, menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pulang kampung, sementara pada prakteknya kata mudik lebih banyak digunakan pada saat pulang kampung menjelang lebaran. Mudik adalah tradisi lebaran, tidak bisa dibantah lagi, dilakukan setiap tahun demi pulang kampung, bertemu keluarga, tetangga, kenalan, saling silaturahmi dalam suasana bahagia setelah berpuasa selama sebulan penuh dan merayakan hari kemenangan. Apakah mudik adalah tradisi yang baik ?, tentu saja baik ! Cuma orang asosial saja yang tidak mau mudik !

Yang jadi problem sebenarnya adalah bagaimana cara mudiknya. Banyak orang melakukan mudik dengan cara (yang sepertinya) paling murah : naik motor ! Setiap tahun, pemudik menggunakan motor tidak pernah berkurang, bahkan cenderung bertambah .. polisi sampai pusing tujuh keliling mengatur arus mudik kendaraan dua roda ini. Kemudahan memiliki motor menjadi salah satu penyebab hal ini, setiap orang bisa memiliki motor … tidak bisa beli tunai, kredit motor tersedia sampai ke pelosok desa. Bahkan dalam beberapa kasus, cuma dengan uang down payment 500rb – 1jt, orang sudah bisa pulang bawa motor.

Beberapa pemerhati urusan transportasi mengatakan mudik menggunakan motor menjadi pilihan golongan menengah ke bawah karena beberapa alasan, alasan pertama tentu saja karena murah (dibandingkan bus atau kereta api, yang tiket lebarannya selalu habis .. jauh sebelum lebaran !). Alasan kedua karena lebih cepat sampai tujuan … kadang-kadang sampai menyepelekan kelelahan selama perjalanan.yang berujung kecelakaan. Alasan ketiga adalah bisa jalan-jalan dikampung halaman dengan lebih mudah. Alasan terakhir, adalah alasan yang paling tidak sesuai dengan tradisi lebaran yaitu bawa motor ke kampung dalam rangka pamer alias riya !   

Banyak kasus mudik menggunakan motor (bisanya sekeluarga), berakhir dengan kecelakaan, dari yang ringan sampai dengan kecelakaan yang berakibat kematian. Setiap tahun ratusan pemudik tewas sia-sia di jalan, mayoritas melibatkan pengendara sepeda motor. Sayangnya kematian tersebut hanya jadi angka statistik saja, pemerintah selalu kewalahan menyediakan angkutan umum lebaran … masyarakat pun sepertinya tidak peduli keselamatan sendiri dan keselamatan pengguna jalan lainnya. Kalaupun mudik sampai celaka (karena ulah sendiri) … paling-paling juga bilang : memang sudah takdirnya ! Astagfirullah !

Anak bukan hanya penumpang ... tapi berfungsi juga sebagai bemper!

Keselamatan ? ... siapa yang mikir keselamatan ?

Ayah pake helm .. anaknya ? nggak perlu, kepala anak jauh lebih keras !

Nyaman ? ..... apa itu nyaman ? kenapa harus nyaman ?

Aaaaah nikmatnya menghisap karbonmonoksida bersama-sama pemudik lain ...

Nah lho !

Pemudik terlindas truk .... waaah sudah biasa, nyawa memang murah di jalanan kita!

Comments