Marahnya Rasulullah, Sabarnya Rasulullah



Kejadian berikut adalah beberapa saat setelah perang Uhud, dimana tentara muslimin mengalami kekalahan dari kaum Quraisy. Hindun, istri Abu Sufyan, petinggi kaum Quraisy yang sangat mendendam setelah kekalahan di perang Badar sangat menantikan kekalahan ini. Saat paman Nabi, Hamzah terbunuh dalam perang Uhud, Hindun melaksanakan sumpah kejinya yaitu merusak jenasah Hamzah bahkan memakan hatinya. Perbuatan yang oleh kafir Quraisy sekalipun dianggap keterlaluan.

Rasulullah SAW. bersama kaum muslimin kemudian turun dari gunung ke tanah luas untuk mengubur para syuhada. Beliau terus mencari jasad pamannya, Hamzah. Saat beliau melihat kondisinya yang tercabik-cabik bagian perutnya, beliau sangat terpukul dan bersedih begitu dalam. Dia berkata, “Tidak akan ada lagi yang menimpa sepertimu selamanya. Aku tak pernah marah semarah-marahnya selain daripada ini.” Lalu beliau berkata, “Kalaulah sekiranya tidak membuat Shafiyah bersedih dan menjadi sunnah sepeninggalku, niscaya aku biarkan jenasah Hamzah bin Abdul Muthalib hingga menjadi santapan binatang-binatang buas dan burung-burung”. (Al-Bidayah wa an-Nihayah 4/39). “Jika Allah memberi kemenangan kepadaku atas kaum Quraisy, aku pasti akan melakukan hal yang serupa dan mencincang tiga puluh korban dari mereka.”

Ketika kaum muslimin melihat duka Rasulullah dan kemarahan beliau, mereka berkata, “Apabila Allah memberi kemenangan atas mereka suatu hari nanti, kita pasti akan mencincang jenasah musuh dengan yang tidak pernah dikerjakan seorang Arab pun sebelumnya.” Beliau lalu memerintahkan untuk mengkafani Hamzah. Kemudian menyalatkan dengan tujuh takbir, lalu dikebumikan. Menanggapi kemarahan dan sumpah Nabi, turunlah ayat Al Qur’an supaya Nabi menarik sumpah yang diucapkannya ketika marah. Rasulullah SAW. bersabda “Jibril mendatangiku, dia memberi tahuku bahwa Hamzah termaktub diantara penghuni langit yang tujuh sebagai singa Allah dan singa rasul-Nya.” (Al-Bidayah wa an-Nihayah 4/40). Lalu turunlah ayat Allah :

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl [16]:126-128). Akhirnya, Rasulullah SAW. mema’afkan perlakuan musuh kepada Hamzah, beliau bersabar dan melarang berbuat keji serupa yang dilakukan musuh.

Cuplikan dari buku Muhammad Sang Yatim tulisan Prof. Dr. Muhammad Sameh Said, terbitan Cordoba tahun 2016.

Comments