Jalan-jalan Lombok : Perang Timbung di Desa Pejanggik

 

Ribuan laki-laki berkumpul di luar dan dalam area Makam Serewa (makam Raja Pejanggik dan keluarganya), pada hari Jumat (25/8/2017). Bahkan, mereka tak ubahnya seperti prajurit yang siap berperang. Mereka mengenakan pakain adat yang semakin menunjukkan keperkasaan mereka ala bangsawan. Sementara kerumunan lelaki lainnya menggunakan pakaian hitam seperti kemban. Tak lupa, mereka dilengkapi bebat pinggang serta sapuk (ikat kepala). Sehingga semakin membuat mereka tampak gagah perkasa bak prajurit betulan. Para kumpulan lelaki ini juga dilengkapi dengan senajatanya berupa jajanan timbung. Begitu tiba waktunya, mereka pun mulai bertempur satu sama lain. Ritual Perang Timbung ini dilakukan antara dua kelompok yang berada di dalam area makam dan luar. Mereka saling melempar satu sama lain menggunakan jajanan itu. Meski begitu, kesengitan tak dapat hindarkan meski waktunya hanya beberapa menit saja. Menurut warga setempat, perang timbung ini merupakan ritual untuk menolak balak (bahaya). Ritual itu juga dilakukan untuk mengharap berkah dari Tuhan Yang Maha Esa serta menjalin silaturrahmi dan kerukunan warga antara satu dengan yang lainya tanpa adanya perbedaan. “Perang timbung ini bagi masyarakat Lombok merupakan acara yang ditunggu-tunggu. Karena ada mitos yang berkembang di tengah masyarakat, bahwa ajang perang timbung ini juga sebagai ajang mencari jodoh dan sebagai sarana untuk menentukan hari baik,” ungkap Kepala Desa Pejanggik, Nusilah.






Sumber : https://radarlombok.co.id/ 

Comments