Jarimu sebaiknya untuk menulis
hal-hal baik, memotivasi, menebar energi positif dan inspirasi kehidupan. Disadari
atau tidak, saat ini berkata dan berbicara telah menjadi salah satu bentuk
komunikasi yang efektif. Banyak bentuknya, mulai dari mengobrol, mengeluarkan
pendapat, berdebat, dan lain-lain. Bahkan, belakangan, model berbicara ini
telah mengalami inflasi kata-kata. Dengan begitu, kesimpulan tentang benar dan
salah menjadi sangat absurd dan bias kepentingan. Ditambah lagi, eskalasi
maraknya pengguna media sosial (medsos) makin masif. Ada pepatah yang
mengatakan : “mulutmu, harimaumu”. Pepatah ini menjelaskan pada kita agar
selalu menjaga lisan kita ketika berbicara. Rasul pun memberikan nasihat dalam
hadisnya : “Selamatnya manusia karena mampu menjaga lidahnya.” (HR Bukhari). Atau
hadis lain yang artinya : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah ia berkata baik atau (jika tidak bisa) lebih baik diam.” (HR
Bukhari dan Muslim). Dua landasan hadis ini jelas mengingatkan agar
berhati-hati dalam berbicara. Kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun !
Seiring dengan kemajuan teknologi,
bentuk komunikasinya tidak lagi menggunakan mulut, tetapi jari jemari. Setiap
orang rata-rata mempunyai ponsel, jadi kapan pun bisa bebas berkata lewat
jari-jarinya. Mulutnya diam, tapi jari-jarinya berkelana menulis status dan
berkomentar atas status, baik lewat Twitter, Facebook, Instagram, dan lain
sebagainya. Sayangnya, kebebasan ini minus kontrol dan tuna adab. Setiap orang
bebas update status, bebas nge-twit, bebas berkomentar apa saja tanpa
mempertimbangkan dengan siapa dia berhadapan. Allah SWT berfirman : "Tidak
ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan
rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan,
atau mengadakan di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS
an-Nisaa': 114). Pembicaraan apa pun selama tidak ada unsur kebaikannya tidak
perlu dilakukan, termasuk menulis atau komentar status di medsos. Ini adalah
alarm bagi kita semua agar mampu menggunakan jari dengan sebaik-baiknya.
Dalam riwayat lain, Rasullullah SAW
bersabda : “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan
setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR Ahmad). Artinya, diam
di sini untuk menahan akibat yang lebih buruk jika disampaikan. Bukan diam
karena abai dan tidak mau tahu. Karena itulah, tip paling sederhana agar kita
mampu menjaga mulut dan jari kita adalah dengan latihan diam (silent exercise).
Diam memang perlu dilatih. Dengan cara lebih banyak mendengar daripada
berbicara. Kecerdasan mendengar (listening quotion) ini sebaiknya dilatih.
Karena, mendengar itu sangat sulit bagi orang-orang yang sudah terbiasa bicara.
Makanya, perlunya kita saling mengingatkan (QS al-Ashr : 3). Itu tugas kita
semua. Jarimu sebaiknya digunakan untuk menulis hal-hal baik, memotivasi,
menebar energi positif dan inspirasi kehidupan agar makin banyak orang
mendapatkan hikmah dan manfaatnya. Jangan malah sebaliknya, digunakan untuk
menebar fitnah dan hoaks (berita palsu). Karena, yang rugi pun kita sendiri
bukan orang lain. Karena itu, hentikan sharing status-status provokatif ! Wallahu
a’lam.
Oleh Abdul Muid Badrun
Sumber : https://www.republika.id/
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000 :d
ReplyDeletedapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q :-* (f) (f) (f)