Bulan Ramadhan yang penuh keberkahan
kembali datang. Pada bulan ini, Allah SWT mewajibkan kita untuk berpuasa selama
sebulan penuh, kecuali orang sakit, musafir, serta wanita haid dan nifas. Meski
begitu, mereka mesti mengganti puasanya di waktu lain. Allah SWT berfirman,
“Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu (berpuasa) agar kamu bertakwa.” (QS
al-Baqarah [2]: 183) Dalam hadis disebutkan, puasa ini termasuk rukun Islam
yang bila tak dilakukan maka keislamannya tidak sempurna. Nabi SAW bersabda,
“Islam ditegakkan di atas lima perkara, yaitu dua kalimat syahadat, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi mereka
yang mampu.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Kita mesti menyambut bulan Ramadhan
dengan gembira dan suka cita dengan memanfaatkan waktu yang terbatas hanya
sebulan ini dengan sebaik-baiknya. Misalnya dengan meningkatkan amal ibadah dan
sosial, baik secara kuantitas maupun kualitas, baik di siang maupun di malam
hari, mengingat keberkahan dan kemuliaan bulan ini. Ibadah tersebut terutama
yang wajib, seperti shalat fardhu lima waktu maupun yang sunah, seperti sunah
Rawatib serta shalat Tarawih dan Witir. Dalam hadis, Nabi SAW mengabarkan
bagaimana balasan Allah SWT untuk orang yang menghidupkan malam Ramadhan dengan
ibadah berupa ampunan terhadap dosa-dosa yang lampau. Rasulullah bersabda,
“Barang siapa yang mendirikan ibadah (qama) di malam Ramadhan, maka
dosa-dosanya yang lalu diampuni oleh Allah.” (HR al-Bukhari). Hal lain yang
membuat kita mesti gembira menyambut Ramadhan adalah karena Ramadhan mengandung
keberkahan pada setiap harinya yang digambarkan sebagai dibukanya pintu-pintu
surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka.
Ramadhan mengandung keberkahan pada
setiap harinya yang digambarkan sebagai dibukanya pintu-pintu surga dan
ditutupnya pintu-pintu neraka. Nabi SAW bersabda, “Ketika masuk bulan Ramadhan,
maka setan-setan akan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu
neraka ditutup.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
kitab Majmu’ Fatawa-nya menjelaskan, pada bulan Ramadhan, jiwa lebih condong
pada kebaikan dan amal saleh, yang dengan kebaikan ini menjadi jalan terbukanya
pintu surga. Begitu pula kejelekan berkurang ketika itu yang akibatnya pintu
neraka tertutup. Sedangkan setan dibelenggu berarti mereka tidak mampu menggoda
manusia untuk bermaksiat sebagaimana ketika tidak berpuasa. Namun, maksiat
masih bisa terjadi karena syahwat manusia. Ketika syahwat itu ditahan, maka
setan-setan pun terbelenggu. Hal lain yang membuat kita pantas bergembira
menyambut Ramadhan adalah ketika nanti di sepuluh hari terakhir ada Lailatul
Qadar yang langung disebut oleh Allah SWT dalam Alquran satu surah sendiri,
yaitu surah al-Qadr. Disebutkan, itu adalah malam Alquran diturunkan yang
nilainya lebih baik daripada seribu bulan, serta para malaikat turun untuk
mengatur segala urusan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Alquran) pada malam qadar (kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah
malam qadar itu ? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam
itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur
semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr [97]:
1-5). Gembira menyambut Ramadhan tentu saja tak sekadar gembira saja, tetapi
mesti diteruskan dengan kegembiraan dengan melakukan amal-amal saleh dan ibadah
siang dan malam hari. Misalnya, memperbanyak shalat sunah, berzikir, membaca
Alquran, serta banyak bersedekah, serta menahan diri dari maksiat dan perbuatan
buruk terhadap orang lain. Jadi, tak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi
juga memperbanyak kebaikan apa pun bentuknya. Kita berdoa kepada Allah agar
kita bisa menjalani bulan Ramadhan dengan baik sesuai dengan petunjuk Allah SWT
dan Nabi-Nya. Amin.
Oleh : Fajar Kurnianto
https : //www.republika.id/
Comments
Post a Comment