Pasar Baru, Bandung

 

Pasar Baru Bandung pada zaman Belanda disebut Pasar Baroeweg yang telah dikenal sebelum Perang Dunia II. Pasar ini sebagai tempat belanja untuk berbagai keperluan serta tempat makan dengan harga terjangkau di Kota Bandung. Dahulu, Pasar Baru buka 24 jam, berbagai jenis makanan mentah maupun matang terdapat di tempat itu. Jika bulan Ramadhan tiba, banyak masyarakat menyerbu pedagangan makanan untuk membeli santapan buka puasa. Pasar Baru terletak tidak jauh dari stasiun yang berada di pusat kota. Dari nota Het Hoofdt van de Dienst der Staatsspooren Tramwegen atau Kepala Dinas Kereta Api dan Trem Negara diketahui bahwa 80 % dari penumpang kereta yang turun di Stasiun Bandung berasal dari kota-kota kecil di sekitar Priangan. Mereka ke Bandung untuk berdagang atau ke Pasar Baru. Untuk mengurangi penumpukan penumpang kereta yang turun di Stasiun Bandung, dengan tujuan ke Pasar Baru. Pemerintah membangun pasar-pasar lainnya di Kota Bandung. Tujuannya tidak lain untuk mengembangkan Bandung secara seimbang, maka di arah timur di bangun Pasar Kosambi, Pasar Cicadas, dan Pasar Kiara Condong. Di waktu yang sama dibangun juga, Pasar Andir dan Pasar Ciroyom di bagian barat Bandung. Di Bandung selatan dibangun Pasar Tegallega dan Pasar Pungkur. Awalnya, Pasar Baru terletak di daerah Ciguriang di kawasan Kepatihan. Lokasi pasar lama dipindahkan karena terbakar akibat kerusuhan Munada pada tahun 1842. Kerusuhan Munada terjadi akibat dendam Munada terhadap Nagel, Asisten Residen. Dia dipenjarakan karena menyalahgunakan kepercayaan. Pada 1906, pemerintah Kota Bandung membangun Pasar Baru menggantikan pasar lama di Ciguring. Sejak saat itu, warga Bandung mengenali pasar pindahan dari Ciguring dengan sebutan Pasar Baru. 








 

Sumber : https://bandung.kompas.com

Penulis : Dini Daniswari

Editor : Dini Daniswari

 

 

 

  

Comments

Post a Comment