Kubah Masjid Nabawi yang Bisa Bergeser

 

Selain payung-payung raksasa cantik yang menjadi salah satu ciri khasnya, Masjid Nabawi juga punya kubah yang bisa menutup dan membuka di waktu-waktu tertentu. Sama seperti ketika payung-payung raksasa menguncup dan mengembang, pemandangan menutup dan membukanya kubah juga kerap dinantikan jemaah yang beribadah di sana. Kubah Masjid Nabawi memadukan desain konstruksi yang sangat besar, desain teknik, seni arsitektur serta teknologi pergerakan kubah yang halus melalui kontrol otomatis sehingga menambah keindahannya. Ada 27 kubah di Masjid Nabawi yang dirancang sebagai sliding dome alias dapat digeser untuk dibuka dan ditutup kembali sesuai keperluan. Sebanyak 12 kubah masing-masing ditempatkan di bangunan sayap kiri dan kanan, dan tiga kubah di bangunan sayap belakang bangunan utama Masjid Nabawi. Kubah-kubah tersebut merupakan mahakarya dari proyek perluasan Masjid Nabawi yang dilakukan oleh Raja Fahd. Mengutip dari situs SL Rasch, perusahaan konstruksi yang menangani pemasangan kubah dan payung Masjid Nabawi, Raja Fahd sendiri yang meletakkan batu fondasi untuk ekspansi kedua yang dilakukan antara tahun 1984-1994.



 

Proyek perluasan Raja Fahd disebut-sebut sebagai proyek perluasan paling menyeluruh dalam sejarah Masjid Nabawi. Dari bagian utama Masjid Nabawi seluas 16.500 meter persegi, kemudian ditambah dengan bangunan perluasan di masa pemerintahan Raja Fahd yang seluruhnya seluas 82.000 meter persegi. Dua hal yang paling menarik perhatian dalam proyek ini adalah 27 sliding dome dan dipasangnya 105 payung raksasa untuk memayungi pelataran terbuka di sekitar Masjid Nabawi. Payung Masjid Nabawi ini pun di kemudian hari ditiru dan menjadi tren bagi masjid-masjid di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pembangunan kubah geser dan payung dalam proyek perluasan Masjid Nabawi melibatkan begitu banyak pihak. Sejak dari proses perencanaan, pemilihan material, pemilihan teknologi yang tepat, perencanaan rancang bangun, pemilihan para seniman dan tenaga ahli hingga ke proses pembuatan, perakitan, pemasangan hingga perawatannya. Adalah Mahmoud Bodo Rasch, seorang arsitek Jerman yang menangani rancang bangun struktural kubah dan payung-payung raksasa. Ia memiliki spesialisasi dalam konstruksi payung konvertibel raksasa dan struktur ringan, serta merupakan pendiri dan pemilik SL Rasch GmbH Special and Lightweight Structures dengan cabang di Leinfelden-Echterdingen, Jeddah, Makkah, dan Madinah. Proses pembuatan kubah dikerjakan secara terpisah-pisah di berbagai negara sesuai dengan spesialisasi yang dibutuhkan.



 

"Kubah ini bisa bergeser ke samping menggunakan penggerak yang dipasang di rel terintegrasi. Bentuknya menunjukkan pengaruh Maroko dan menggabungkan arsitektur tradisional dengan teknologi canggih. Bagian luar dan dalam kubah ditopang oleh struktur baja dan menggunakan komposit yang sebelumnya hanya digunakan dalam konstruksi pesawat terbang," tulis SL Rasch di situsnya seperti dikutip Jumat (16/6/2023). Struktur lapisan terluar kubah, menurut penjelasan SL Rasch, terdiri dari laminasi epoksi serat karbon atau serat kaca dan ubin keramik heksagonal. Untuk memastikan mereka dapat diposisikan secara akurat pada permukaan luar kubah, sebelumnya pola dipotong menjadi segmen kubah prefabrikasi dengan mesin CNC. Ubin kemudian diletakkan di ceruk yang sudah ditentukan dan dilaminasi. Selanjutnya pelapis interior kubah terbuat dari kayu dan laminasi epoksi dengan panel veneer maple. Bagian tersebut dihiasi ornamen cedar ukiran tangan yang dibuat di Maroko, beberapa di antaranya disepuh dan ditata dengan amazonite. Segmen kubah disiapkan dan dikemas di Jerman, dikirim ke Madinah dan dipasang di atap masjid.



 

Dipilihnya material-material tersebut dikarenakan kubah ini harus mampu dibuka dan ditutup dengan mudah oleh sistem robotik yang menggerakkannya. Selain itu, material yang lebih ringan akan mengurangi beban struktur yang menopangnya. Kombinasi keahlian tradisional dan produksi industri, berpadu dengan teknologi Computer Aided Design (CAD) yang inovatif, membuat proyek tersebut mendapatkan penghargaan Best Innovation Award of the Houston-based International Association for Automation and Robotics in Construction (IAARC). Proyek ini juga memenangkan Abdullatif Al Fozan Award for Mosque Architecture in 2014. Lebih dari itu, kubah-kubah ini tak hanya canggih dan indah, tetapi yang paling utama adalah manfaatnya untuk menjaga suhu udara yang cocok untuk jemaah sehingga mereka makin nyaman beribadah. Saat pelaksanaan ibadah Haji 2023 ini, para jamaah haji dari seluruh dunia tentu bisa mengagumi kecanggihan kubah Masjid Nabawi.

 

Sumber https://inet.detik.com/science   




Comments

Post a Comment