Kucing dalam Tradisi Islam Jadi Hewan yang Dihormati

 

Kucing menjadi hewan yang lekat dengan Islam. Orang-orang Arab zaman dulu menghormati kucing sebagai anggota keluarga dan pelindung rumah. Ada banyak referensi tentang kucing dalam peradaban muslim. Mulai dari julukan "bapak para kucing" pada salah seorang sahabat nabi, Abu Hurairah, hingga sosok kucing dalam tradisi Ottoman. Melansir Muslim Heritage, penulis buku Cats of Cairo : Egypt's Enduring Legacy, Lorraine Chittock, menceritakan ketakjuban orientalis Inggris EW Lane saat tinggal di Kairo pada 1830-an. Setiap sore, ia melihat banyak kucing berkumpul di taman Pengadilan Tinggi dan orang-orang akan membawakan keranjang berisi makanan untuk mereka. Menurut sejarah, tradisi itu ternyata merupakan wasiat pada abad ke-13 dari Sultan Mamluk al-Zahir Baybars. Raja pecinta kucing itu membuatkan "taman kucing" untuk kucing-kucing Kairo. Seiring berjalannya waktu, tempat itu telah beberapa kali dijual dan dialihfungsikan. Meski tidak ada lagi tempat khusus kucing, namun tradisi terus berlanjut. Sampai hari ini, jika berjalan-jalan di Kairo dan di Istanbul, Kairouan, Damaskus, dan banyak kota Islam lainnya akan banyak dijumpai kucing-kucing di sepanjang jalan.

 

Jauh sebelum itu, kucing diyakini menjadi populer di kalangan umat Islam sejak awal orang Arab memelihara kucing sebagai hewan peliharaan. Dalam tulisan bertajuk Cats : According to Quran and Sunnah, Sayyidah Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW, pernah mengeluh tatkala orang-orang meninggalkannya dan ia menyebut, "Bahkan kucing pun telah meninggalkan saya sendiri." Kucing saat itu dihormati sebagai anggota keluarga dan pelindung rumah dari serangga mematikan dan hewan berbahaya seperti kalajengking. Selain itu, kucing juga menjadi teladan bagi umat Islam dalam memaknai kebesaran Allah SWT, seperti yang dialami ahli tata bahasa Ibn Babshad. Diceritakan, pada suatu ketika, Ibn Babshad dan teman-temannya duduk di sebuah masjid di Kairo sambil makan makanan. Ketika seekor kucing lewat, mereka memberinya beberapa potongan. Kucing itu lantas mengambil lalu berlari pergi dan kembali untuk meminta lagi. Para cendekiawan yang melihat itu langsung membuntuti ke mana kucing itu pergi. Ternyata kucing itu membawa makanan tadi ke depan kucing yang buta dan meletakkannya dengan hati-hati. Ibn Bashad dan para cendekiawan tersentuh melihat kepedulian Tuhan terhadap makhluk-Nya yang buta itu. Tradisi lisan ini dicatat oleh seorang teolog Mesir pada akhir abad ke-14.

 

Sejumlah kisah tentang kucing juga datang dari para sufi. Kisah-kisah tersebut mengandung pelajaran dan pesan penting. Sejumlah riwayat juga menyebut kedekatan Nabi Muhammad SAW dengan kucing. Termasuk Abu Hurairah yang amat menyayangi kucing hingga Nabi SAW memberinya julukan "bapak para kucing". Muezza merupakan nama kucing Nabi Muhammad SAW yang banyak disebut dalam buku-buku. Kucing juga menjadi inspirasi dalam dunia seni Islam. Pelukis muslim, terutama ahli kaligrafi, menggoreskan kuasnya menjadi bentuk kucing berbulu panjang. Sejumlah lukisan hingga miniatur Ottoman juga menggunakan objek kucing. Kucing telah banyak mewarnai sejarah Islam dari seni dan sastra, garmen hingga koin, aksesori hingga karpet, termasuk mitos dan takhayul yang beredar di masyarakat. Para cendekiawan muslim bahkan menulis syair tentang kucing untuk melindungi buku-buku berharganya dari serangan hewan seperti tikus. Pada abad ke-9, kucing dimasukkan dalam buku sains Islam abad pertengahan, Kitab Al-Hayawan (Buku Hewan). Kitab yang disusun oleh al-Jahiz ini merupakan ensiklopedia zoologi yang terdiri dari tujuh volume. Kitab ini menjadi objek dari banyak penelitian dan memiliki pengaruh besar terhadap ilmuwan muslim.

 

Sumber https://www.detik.com/hikmah  

Comments