Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari
yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan senantiasa
berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.
Hadirin jamaah shalat Jumat
rahimakumullah,
Hari-hari terakhir ini, kita disuguhi
tontonan yang begitu menyayat dan mengiris hati kita. Bagaimana tidak. Di era
modern yang katanya penjajahan di atas muka bumi telah dihapuskan, kaum Zionis
dengan leluasa seenaknya saja menjajah bumi Palestina dan menindas rakyat di
sana. Serangan demi serangan terus dilancarkan kepada rakyat yang tidak
berdosa. Ratusan nyawa rakyat Palestina telah menjadi korban kekejian dan
kebiadaban mereka. Sebagai umat Islam tentu kita mencintai dan membela
Palestina. Palestina bukanlah negeri biasa. Palestina memiliki sejarah panjang
yang menjadikannya selalu bersemayam di hati setiap Mukmin. Ada sembilan alasan
kenapa kita harus mencintai dan membela Palestina.
Pertama, di sana terdapat Masjid
al-Aqsha, masjid tertua di dunia setelah Masjid al-Haram. Dibangun pertama kali
oleh Nabi Adam 'alaihis salam empat puluh tahun setelah beliau membangun Masjid
al-Haram.
Kedua, Masjid al-Aqsha yang berada di
kota Baitul Maqdis, Palestina pernah menjadi kiblat shalat selama tujuh belas
bulan setelah Rasulullah shallallahu 'alaih wasallam berhijrah dari Makkah ke
Madinah.
Ketiga, Masjid al-Aqsha yang berada
di kota Baitul Maqdis, Palestina adalah titik akhir perjalanan Isra' dan titik
awal perjalanan Mi'raj. Isra' dan Mi'raj adalah salah satu mukjizat terbesar
yang Allah anugerahkan kepada Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Di sanalah Baginda Nabi melakukan shalat berjamaah mengimami seluruh nabi dan
rasul, mulai Nabi Adam 'alaihis salam hingga Nabi 'Isa 'alaihissalam.
Keempat, Palestina adalah negeri para
nabi dan rasul. Banyak sekali para nabi dan rasul yang pernah tinggal dan
berdakwah menyebarkan Islam di sana. Di antaranya adalah Nabi Ibrahim, Nabi
Ya'qub, Nabi Yusuf, Nabi Luth, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariyya, Nabi
Yahya, Nabi 'Isa dan nabi-nabi yang diutus oleh Allah untuk Bani Israil yang
jumlahnya sangat banyak.
Kelima, di sana terdapat Kota Baitul Maqdis, ardhul mahsyar wal mansyar, tempat dikumpulkannya seluruh manusia menjelang hari kiamat yang masih hidup kala itu.
Keenam, di sanalah Dajjal akan
terbunuh di tangan Nabi 'Isa 'alaihis salam.
Ketujuh, Palestina adalah bagian dari
daratan Syam yang didoakan berkah oleh Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dalam doanya :
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا
وَفِي يَمَنِنَا
"Ya Allah, berkahilah negeri
Syam dan Yaman."
Kedelapan, banyak sekali para sahabat
yang pernah berdakwah, menyebarkan dan mengajarkan Islam di sana. Di antara
mereka adalah 'Ubadah bin ash Shamit, Syaddad bin Aus, Usamah bin Zaid bin
Haritsah, Watsilah bin al Asqa', Dihyah al Kalbiy, Aus bin ash Shamit, Mas'ud
bin Aus dan masih banyak lagi yang lain.
Kesembilan, Palestina telah
melahirkan ribuan ulama dan tokoh-tokoh Islam terkemuka yang berkhidmah untuk
Islam. Tercatat para ulama yang lahir atau pernah tinggal di Palestina adalah
Imam Malik bin Dinar, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Syihab az-Zuhri, Imam
asy-Syafi'I, dan masih banyak lagi yang lain.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, Sultan Mahmud
Nuruddin Zanki pernah mengucapkan sebuah perkataan yang fenomenal : "Aku
malu kepada Allah untuk tersenyum sedangkan Baitul Maqdis masih terjajah."
Sultan Abdul Hamid II bahkan pernah
mengatakan : "Saya tidak akan menjual sejengkal tanah pun dari bumi
Palestina." Beliau katakan itu dengan tegas dan penuh keberanian pada saat
menolak sogokan uang dalam jumlah sangat besar dari orang-orang Zionis Yahudi
yang ingin menempati sebagian wilayah Palestina.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tidak kalah fenomenal adalah Sultan
Shalahuddun al-Ayyubi. Didorong oleh kecintaannya yang mendalam kepada bumi
Palestina, pada tanggal 27 Rajab 583 H, beliau berhasil membebaskan Baitul
Maqdis, Palestina. Ketika ingin membebaskan Baitul Maqdis, Sultan Shalahuddin
al-Ayyubi tidak langsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi
yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan
aqidah yang benar, yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Menurut beliau,
kesatuan aqidah akan melahirkan kesatuan hati. Kesatuan hati antarumat Islam
adalah kekuatan dahsyat yang tidak akan dikalahkan oleh siapa pun. Salah satu
upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap juru adzan di semua
wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan aqidah Asy'ariyyah setiap hari
sesaat sebelum adzan shubuh.
Hadirin jamaah shalat Jumat
rahimakumullah, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi adalah penganut mazhab Syafi'i
dalam fiqih dan pengikut mazhab Asy'ari dalam aqidah. Sang sultan memiliki
perhatian yang sangat besar dalam penyebaran aqidah Asy'ariyyah. Beliau adalah
seorang sultan yang hafal Al-Qur'an, hafal kitab at-Tanbih, sebuah kitab yang
menjelaskan tentang fiqih mazhab Syafi'i, dan hafal kitab al-Hamasah, sebuah
kitab himpunan bait-bait syair. Sultan Shalahuddin, sebagaimana dijelaskan Imam
as-Suyuthi dalam al-Wasa'il fi Musamarah al-Awa'il adalah seorang yang memegang
teguh ajaran agama, wara', pejuang, mujahid dan seorang yang bertakwa.
Melihat perhatian khusus Sultan
Shalahuddin terhadap penyebaran aqidah Asy'ariyyah, Syekh Muhammad bin
Hibatillah al-Barmaki lalu menyusun kitab yang berisi bait-bait nazham dalam
ilmu aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang ia beri judul Hada'iq al-Fushul wa
Jawahir al-Ushul. Kitab itu lalu dihadiahkan oleh pengarangnya kepada Sultan
Shalahuddin al-Ayyubi. Shalahuddin lantas memerintahkan kepada semua madrasah
untuk mengajarkan kitab tersebut. Sebab itu, kitab itu kemudian terkenal dengan
sebutan al-'Aqidah ash-Shalahiyyah. Di antara yang tertulis dalam kitab
tersebut adalah beberapa bait berikut ini :
وصانعُ العــالمِ لا يحويهِ # قطرٌ تعالى
اللهُ عـن تشبيهِ قد كانَ موجودًا ولا مكانَا # وحكمهُ الآن على ماكـانَ سُبحانهُ جلّ
عن المكـانِ # وعـزّ عن تغيُرِ الزمانِ فقد غَـلا وزادَ في الغُـلوِ # مــن خصهُ بجهةِ
العـلو
Sang Pencipta Alam tidak diliputi
tempat, Allah Mahasuci dari penyerupaan terhadap makhluk
Allah ada sebelum adanya tempat, dan
Dia sekarang tetap seperti sedia kala, ada tanpa tempat
Mahasuci Allah dari tempat, dan Dia
Mahasuci dari peredaran masa. Sungguh telah melampaui batas, orang yang
mengkhususkan-Nya di arah atas.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apa yang dapat kita lakukan untuk saudara-saudara kita di Palestina ? Berjihad
membantu mereka secara fisik melawan para penjajah, jelas kita tidak mampu.
Yang dapat kita lakukan adalah mengulurkan bantuan dana untuk meringankan
penderitaan mereka. Minimal, kita bantu mereka dengan doa. Karena doa adalah
senjata seorang Mukmin.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah singkat pada siang
hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita
semua. Amin.
Sumber : https://www.detik.com/hikmah
🤲
ReplyDelete