Sikap Zuhud Rasulullah SAW yang Bisa Diteladani Muslim

 

Zuhud merupakan cerminan muslim yang beriman. Allah SWT mencintai orang zuhud dan Rasulullah SAW menjadi contoh teladan sosok yang bersikap zuhud. Apa itu zuhud ? Dalam ajaran Islam, zuhud berarti mengesampingkan urusan dunia dan mendahului segala urusan akhirat. Zuhud hanya dapat dilakoni oleh orang-orang bertakwa. Mengutip buku Tadabbur Cinta : Nyanyian Cinta Para Sufi oleh H. Ahmad Zacky El-Syafa, zuhud diartikan sebagai keadaan meninggalkan kehidupan dunia yang serba materi. Ibnu Abbas RA menguraikan makna huruf-huruf yang terangkai dalam kalimat zuhud. Ia berkata, "Az-Zuhdu tsalatsatu ahrufin. Za', ha wa dal. Za' zadlil maʻad. Wa al-ha' hudan Iliddin. Waddalu dawamunala al-tha'ah." Artinya, kata zuhud itu ada tiga huruf. Za', ha' dan dal. Huruf za' menunjukkan makna zad lil ma'ad yang berarti bekal untuk kehidupan akhirat. Huruf ha' menunjukkan makna hudan liddin yang mempunyai makna petunjuk untuk agama, sedangkan huruf dal menunjukkan dawam ala al-tha'ah yang berarti selalu taat.

 

Pada kesempatan lain, Ibnu Abbas RA juga mengatakan makna yang terkandung dalam kalimat zuhud. Menurutnya huruf za' mempunyai arti tarku al-zinah (meninggalkan perhiasan), huruf ha' mempunyai arti tarku al-hawa (meninggalkan keinginan hawa nafsu) dan huruf dal menunjukkan makna tarku al-dunya (meninggalkan dunia). Dalil yang menjelaskan tentang perilaku zuhud termaktub dalam Al-Qur'an surah Al-Hadid ayat 23,

 

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 

Artinya : “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan keutamaan bersikap zuhud. Rasulullah SAW bersabda, "Jika di antara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan." Merangkum buku Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu oleh Muḥammad Ṣaliḥ ʻUthaymin zuhud memiliki derajat yang lebih tinggi dari wara'. Pengertian wara' adalah meninggalkan apa saja yang bisa membahayakan kehidupan seseorang, sedangkan zuhud adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya. Sikap wara' adalah jika ada sesuatu yang tidak membahayakan sekaligus tidak ada manfaatnya maka orang yang sekedar wara' tidak akan menghindarinya. Berbeda dengan sikap zuhud, orang yang zuhud akan menjauhinya karena dia tidak akan berbuat kecuali yang membawa manfaat bagi kehidupan akhiratnya. Diriwayatkan dari Imam asy-Syafi'i, beliau berkata : "Seandainya ada seseorang yang berwasiat agar memberikan sesuatu kepada orang yang paling berakal, maka harus diberikan kepada orang-orang yang zuhud. Seandainya ada orang yang berkata, 'Saya berwasiat agar sesuatu ini diberikan kepada orang yang paling berakal, akan diberikan pada siapa ?' Jawabannya, 'Kepada orang-orang yang zuhud'." Sebab orang yang zuhud adalah orang yang paling berakal dan menjauhi segala yang tidak membawa manfaat bagi akhirat mereka. Namun ucapan Imam asy-Syafi'i ini tidak bisa dipakai secara umum karena wasiat, wakaf, hibah, pegadaian dan lainnya itu semua tergantung pada adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.

 

Sufyan Al-Tsauri, menyatakan bahwa zuhud adalah memperkecil cita-cita, bukan memakan sesuatu yang keras dan memakai mantel yang kusut. Hal ini menjelaskan bahwa zuhud bukanlah sikap apa adanya yang mengesankan seseorang terlihat miskin. Sedangkan menurut Syekh Ali Al-Daqaq, zuhud adalah sikap anti kemewahan dunia, tidak berkeinginan membangun pondok (ribath) dan masjid. Adapun Yahya bin Muadz menyatakan bahwa zuhud membawa implikasi mendermakan harta benda, sedangkan cinta membawa implikasi mendermakan diri sendiri. Dalam buku Fakir dan Zuhud oleh Imam al-Ghazali, dijelaskan tanda-tanda orang yang bersikap zuhud. Tanda-tanda zuhud secara batiniah ada tiga, yaitu :

1. Seorang zuhud yang sejati tidak akan gembira dengan memiliki sesuatu, dan tidak bersedih jika kehilangan sesuatu.

2. Seorang zuhud meyakini bahwa pujian ataupun hinaan tidak ada bedanya.

3. Seorang zuhud hanya mencintai Allah SWT semata, tidak ada yang lain. Ia hanya menghamba dan beribadah kepada Allah.

Ibnu Khafif berpendapat bahwa tanda-tanda zuhud adalah merasa senang meninggalkan harta benda, sedangkan yang dimaksud zuhud adalah hati merasa terhibur meninggalkan berbagai bentuk kehidupan dan menghindarkan diri dari harta benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa zuhud adalah merasa tenang meninggalkan kehidupan dunia tanpa keterpaksaan. Imam Abu Al-Qasim Junaid Al-Baghdadi berpendapat bahwa zuhud adalah kosongnya tangan dari rasa memiliki, dan kosongnya hati dari rasa menuntut. Seorang yang bersikap zuhud akan menerima segala takdir yang terjadi pada dirinya. Mereka tidak ambisius mengejar segala hal yang bersifat duniawi namun mengutamakan ketaatan dalam beribadah kepada Allah SWT.

 

Sumber : https://www.detik.com/hikmah 

  

Comments

Post a Comment