Ibadah
ritual dalam Islam sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan kepribadian
Muslimin. Shalat adalah salah satunya. Banyak efek positif shalat yang berguna
untuk pengembangan kepribadian, salah satunya adalah kedisiplinan atau
keteraturan. Hikmah kedisiplinan dalam konsep shalat telah banyak dikemukakan
oleh para pemikir dan ulama Islam. Shalat fardhu yang wajib dilaksanakan oleh
seorang Muslim dalam sehari semalam ada lima kali. Waktunya pun sudah terjadwal
dengan rapi. ''Sesungguhnya shalat bagi orang-orang Mukmin adalah kewajiban
yang waktunya ditentukan (terjadwal).'' (QS An-Nisaa': 103). Penentuan waktu
shalat ini jelas menunjukkan ajaran kedisiplinan yang berperan penting dalam
kesuksesan seseorang. Kita bisa melihat dan membaca kisah kesuksesan orang
karena aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya terjadwal dengan baik.
Orang yang jarang membuat jadwal kegiatan cenderung melalaikan suatu kegiatan
yang seharusnya dikerjakan pada waktu itu. Ternyata konsep shalat sejak jauh
hari telah mengenalkan konsep penjadwalan sebelum kemunculan konsep-konsep
manajeman dan self development modern. Kita juga bisa mengambil pelajaran
disiplin dari tata cara shalat. Mulai dari bersuci sampai pelaksanaan shalat,
dan bahkan setelah shalat.
Konsep
tertib dalam aktivitas shalat mengajarkan kedisiplinan dan keteraturan.
Seseorang tidak dibenarkan mendahulukan suatu rukun shalat yang seharusnya
diakhirkan. Kalau dia tetap melakukannya, jelas shalatnya tidak sah secara
syariah. Tahapan-tahapan yang dilalui secara berurutan dalam shalat akan
membentuk karakter seseorang untuk bertindak cermat dan tidak terburu-buru
dalam menentukan dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Rasulullah SAW
menekankan kepada kita agar melakukan shalat berjamaah. Beliau menyatakan bahwa
orang yang shalat berjamaah akan memperoleh derajat yang berlipat ganda
dibandingkan dengan orang yang shalat sendirian. ''Shalat jamaah itu lebih
afdhal (unggul/memiliki nilai lebih) sebanyak 27 derajat dibandingkan dengan
shalat sendirian.'' (hadis syarif). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam
aktivitas jamaah terdapat unsur-unsur disiplin yang tidak terdapat dalam shalat
sendirian. Shalat berjamaah minimal mengandung nilai tepat waktu, keteraturan
dalam kelompok. Ajaran tepat waktu bisa dipahami mengingat shalat jamaah
biasanya dilakukan di masjid dan ketika waktu shalat baru masuk. Sedangkan
keteraturan dalam kelompok tecermin lewat hubungan imam-makmum. Seorang makmum
tidak dibenarkan mendahului aktivitas imamnya dalam setiap rukun shalat. Dia
baru bisa berpindah dari satu rukun ke rukun yang lain setelah adanya komando
dari imam.
Sumber : https://khazanah.republika.co.id/
Comments
Post a Comment