Dalam
kehidupan sehari-hari yang penuh kesibukan, sering kali manusia lupa untuk
berhenti sejenak dan merenungi perjalanan hidupnya. Dalam Islam, hal ini
dikenal dengan istilah muhasabah, yaitu introspeksi atau evaluasi diri atas
segala perbuatan, niat, dan amal yang telah dilakukan. Muhasabah merupakan
amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam, karena dengannya
seseorang dapat memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Mengutip buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali karya
M. Abdul Mujieb, secara bahasa, muhasabah berasal dari kata "hasaba
yahsibu hisaban wa muhasabatan", yang berarti menghitung atau menghisab.
Menurut istilah berarti penyucian diri dan berhati-hati, baik dalam melaksanakan
perintah Allah SWT. Dalam konteks spiritual, muhasabah berarti menghitung atau
mengevaluasi diri, yaitu meninjau kembali amal perbuatan, kesalahan, serta
potensi kebaikan yang belum dioptimalkan. Imam al-Ghazali menyebut muhasabah
sebagai cermin untuk melihat kondisi jiwa. Tanpa muhasabah, seseorang akan
hidup tanpa arah, terjerumus ke dalam kelalaian, dan bisa terjebak dalam dosa
yang terus berulang.
Dalam
Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 284, Allah SWT berfirman,
لِّلَّهِ
مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَإِن تُبْدُوا۟ مَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ
أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ ٱللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ
مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Dalam
hadits dari Syadad bin Aus RA, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata,
"Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri
serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah
adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah
SWT." (HR At-Tirmidzi)
Sahabat
Rasulullah SAW, Umar bin Khattab RA berpesan, "Hisablah (evaluasilah) diri
kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari
aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada
hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia."
Merujuk
buku Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas: Rumus Bahagia Dunia Akhirat karya Badrul
Munier Buchori, hadits di atas menjelaskan tentang pentingnya muhasabah
(evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia. Sungguh sebuah kewajaran
apabila kita sering kali melakukan evaluasi diri, karena sebagai manusia,
takkan pernah bisa luput dari kesalahan dan khilaf. Imam Ghazali dalam Kitab
Ihya Ulumiddin menjelaskan beberapa keutamaan dari muhasabah, salah satunya
yakni memperbaiki diri dan menjauhkan dari dosa. Imam Ghazali berkata,
اعلم
أن العبد كما [ينبغي أن] يكون له وقت في أول النهار يشارط فيه نفسه على سبيل التوصية
بالحق، فينبغي أن يكون له في آخر النهار ساعة يطالب فيها النفس ويحاسبها على جميع حركاتها
وسكناتها، كما يفعل التجار في الدنيا مع الشركاء في آخر كل سنة أو شهر أو يوم حرصا
منهم على الدنيا، وخوفا من أن يفوتهم منها ما لو فاتهم لكانت الخيرة لهم في فواته
Artinya:
"Ketahuilah bahwa hamba, sebagaimana seharusnya memiliki waktu di awal
hari untuk berjanji kepada dirinya sendiri untuk berpegang teguh pada
kebenaran, maka seharusnya ia juga memiliki waktu di akhir hari untuk menuntut
jiwanya dan memperhitungkannya atas semua gerak-geriknya dan diamnya,
sebagaimana yang dilakukan oleh para pedagang di dunia dengan para mitra mereka
di akhir setiap tahun, bulan, atau hari, karena kegigihan mereka terhadap
dunia, dan karena takut jika mereka kehilangan sesuatu dari dunia yang jika
mereka kehilangannya, itu akan lebih baik bagi mereka jika hilang."
...
فكيف لا يحاسب العاقل نفسه فيما يتعلق به خطر الشقاوة والسعادة أبد الآباد ؟ ما هذه
المساهلة إلا عن الغفلة والخذلان وقلة التوفيق نعوذ بالله من ذلك
Artinya:
"Maka bagaimana mungkin orang yang berakal tidak memperhitungkan dirinya
sendiri dalam hal yang berkaitan dengan bahaya kesengsaraan dan kebahagiaan
selamanya? Apa ini kemalasan kecuali karena kelalaian, kehinaan, dan sedikit
taufik? Kita berlindung kepada Allah dari hal itu."
Dalam
penjelasan ini Imam Ghazali berpesan tentang tiga manfaat muhasabah. Manfaat
yang pertama yakni membantu memperbaiki diri dan menjauhkan dari perbuatan
dosa. Kemudian dengan muhasabah, seorang muslim juga dapat membentengi dirinya
dari perbuatan maksiat. Tak hanya itu, dengan muhasabah, seorang muslim dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.
Sumber : https://www.detik.com/hikmah
Comments
Post a Comment