Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra
Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE menyebutkan 7 hal penting tentang berhenti merokok di Bulan Ramadan, antara
lain :
- Asap rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia, 400 jenis di antaranya merupakan zat beracun dan 43 di antaranya dapat menyebabkan kanker. Tentu kita tidak mau untuk merusak diri sendiri di bulan yang suci ini.
- Asap rokok menimbulkan gangguan pada orang lain. Tentu di bulan yang suci dan mulia ini tidak sepatutnya menimbulkan gangguan pada orang lain.
- Selama bulan suci Ramadan perokok yang berpuasa sudah berhenti merokok mulai sahur sampai berbuka. Lanjutkan untuk tidak merokok sampai sahur berikutnya sehingga perlahan-lahan mengurangi kebiasaan merokok.
- Tanamkan niat yang kuat di bulan suci ini untuk berhenti merokok, dan juga menolak godaan untuk mulai merokok.
- Lakukan sesuatu yang menyehatkan jiwa raga untuk mengalihkan keinginan merokok setelah berbuka. Yang paking baik adalah beribadah, salat taraweh, berolahraga, minum air secara perlahan, dan menarik nafas dalam-dalam untuk mencegah keinginan merokok.
- Perilaku berhenti merokok agar dilanjutkan pada hari-hari selanjutnya setelah bulan Ramadan.
- Berhenti merokok di bulan Ramadan akan memberi manfaat bagi kesehatan dan kehidupan serta lingkungan. Tentu di bulan penuh rahmah ini kita ingin memberi manfaat sebesar-besarnya bagi sekitar kita.
Bagi perokok, berhenti mengisap rokok merupakan
hal yang sulit meski tahu dampak buruknya. Biasanya ada dua pilihan ketika
ingin berhenti merokok, antara mengurangi
rokok perlahan-lahan atau langsung berhenti. Lalu mana yang lebih efektif
membantu seseorang berhenti merokok? Penelitian dari University of Oxford,
Inggris, punya jawabannya. "Banyak orang berpikir cara untuk berhenti
merokok dengan mengurangi jumlah rokok sebelum benar-benar berhenti. Namun
hasil penelitian kami menyebutkan, langsung berhenti merokok adalah cara
terbaik," tutur peneliti yang memimpin studi ini Nicola Lindson-Hawley.
Hawley dan
koleganya mengetahui hasil ini setelah melakukan studi yang melibatkan 700
perokok yang dalam sehari mengisap 15 batang dan mereka ingin berhenti seperti
dikutip laman Time, Selasa (15/3/2016). Mereka diminta
untuk berhenti merokok dengan batas waktu dua minggu sesudahnya. Setengah dari
mereka diminta untuk merokok secara biasa hingga hari H berhenti merokok. Sementara
setengahnya diminta untuk secara perlahan berhenti merokok. Kedua grup sama-sama diberikan konseling perilaku
serta terapi pengganti nikotin. Ternyata, mereka yang berhenti
merokok secara langsung 25 persen bertahan lebih lama dibanding yang melakukannya
secara bertahap. Salah satu hal menarik adalah mereka memilih untuk langsung
berhenti merokok daripada berhenti perlahan.
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sebanyak 239 ribu jiwa perokok di
Indonesia merupakan anak di bawah umur 10 tahun. Fenomena inilah yang membuat
Indonesia dikenal sebagai Baby Smoker Country dengan 66 persen perokok pria
tertinggi di dunia dibanding negara-negara lain seperti Rusia, China, Filipina,
Vietnam, Thailand, Malaysia, India, dan Brasil. Dengan datangnya bulan Ramadan,
mari kita berhenti merokok, bukan hanya untuk kepentingan kesehatan pribadi dan
menghentikan pemborosan uang tetapi juga untuk kemajuan bangsa dan negara tercinta!
Dari berbagai
sumber.
Comments
Post a Comment