Kubo
and The Two Strings adalah film stop motion 3 dimensi buatan studio Laika, film
yang bercerita mengenai petualangan Kubo, anak kecil pemain shamisen (gitar
tradisional Jepang) dan ahli sulap origami (seni melipat kertas ala Jepang).
Di
Jepang kuno, Kubo (Seni Parkinson) adalah seorang anak muda bermata satu yang
tinggal bersama ibunya yang sakit, Sariatu (Charlize Theron), di sebuah gua di
atas gunung. Setiap hari ia ngamen di desa setempat dengan memanipulasi origami
ajaib yang bergerak sesuai musik yang dimainkan dari shamisen. Kubo
menceritakan kisah seorang prajurit samurai bernama Hanzo. Ketika bel kota
bunyi genta lonceng menandakan matahari terbenam, Kubo kembali ke ibunya,
karena ibunya memperingatkan dia untuk tidak tinggal di luar setelah gelap atau
saudari ibunya yang jahat (Rooney Mara) dan kakeknya, King Moon, akan datang
untuk mengambil matanya yang tersisa.
Suatu
hari, desa tempat tinggal Kubo menyelenggarakan festival Obon di mana anggota
keluarga mengadakan upacara untuk berkomunikasi dengan orang yang dicintai,
yang telah meninggal. Kubo mencoba untuk berbicara dengan ayahnya, Hanzo, marah
ketika ayahnya tidak merespon. Karena Kubo telah tinggal di luar setelah
matahari terbenam, adik ibunya menemukan dia dan menyerangnya. Ibunya tiba
untuk melawan adiknya. Dia mengirimkan Kubo pergi menggunakan sihirnya,
menyuruhnya untuk menemukan baju besi ajaib ayahnya.
Kubo
sadar di suatu tempat bersalju ditemani Monyet, patung kecil miliknya yang
disihir oleh ibunya menjadi monyet hidup. Kubo dan Monyet mengikuti petunjuk
"Little Hanzo", salah satu dari origami Kubo, untuk mencari baju besi
ayahnya, di mana mereka disambut oleh Beetle (Matthew McConaughey), seorang
samurai amnesia yang dikutuk untuk mengambil bentuk tubuh seorang pria seperti
kumbang dan mengklaim sebagai anak buah Hanzo. Dia bergabung dengan Kubo untuk
untuk mencari pedang samurai yang hebat, baju besi ajaib dan helm milik ayahnya
untuk mengalahkan King Moon dan saudari-saudari ibunya.
Saya
adalah fans berat film-film produksi Laika, mulai dari Coraline, Paranorman
sampai dengan The Boxtrolls .. mengapa ? karena (setidaknya menurut saya) film
stop motion 3 dimensi ala Laika (bener-bener menggunakan puppet lho bukan animasi) benar-benar ‘real’ dibandingkan animasi 3D
hasil CGI. Hal lainnya adalah segi cerita, meski ini film semua umur, film-film
Laika berani menampilkan cerita yang lebih kompleks, lebih dewasa dan lebih
bermakna dibandingkan dengan – misalnya – film-film Disney yang cenderung
popcorn dan dengan karakter hitam-putih .. dan wajib happy ending. Satu hal
lagi, gambar-gambar dalam film ini innnndaaaaaaaaaahhhh banget !
Comments
Post a Comment