Hari
Rabu kemarin, 30 November 2016 telah diselenggarakan Seminar Kesadaran Keamanan
Informasi yang diselenggarakan di Unpas, seminar yang merupakan kerjasama
antara Aptikom, Keminfo dan Unpas dengan pelaksana Prodi Teknik Informatika Unpas. Kegiatan seminar yang dilaksanakan si Aula
Mandala Saba, kampus FT Unpas Setiabudi Bandung dengan peserta dari berbagai
perguruan tinggi, baik dosen ataupun mahasiswa. Seminar ini ternyata culup
menarik khususnya bagi kalangan mahasiswa, aula Unpas sampai ‘full house’
bahkan sebelum acara dibuka.
Seminar
ini secara khusus membahas mengenai cybersecurity serta bagaimana peran
perguruan tinggi dalam mendukung strategi tersebut. Acara seminar dibuka secara
resmi oleh Rektor Unpas, Bpk. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si, M.Kom
selanjutnya acara dibagi menjadi 2 sesi dengan pembicara pada sesi pertama
adalah sebagai berikut :
Bpk.
Aidil Chendramata, Keynote Speaker, Direktur Keamanan Informasi, Kominfo
Beliau
menyampaikan strategi pemerintah dalam keamanan informasi antara lain : Kominfo
memiliki program untuk mensukseskan cyber security : pentingnya pengembangan
broadband 4G (bukan hanya di pulau Jawa saja), pengembangan digitalisasi,
peningkatan keamanan. Strategi keamanan siber : melindungi negara dan
masyarakat, menjaga infrastruktur, respon insiden serangan siber, penegakan
hukum dan regulasi, menggalakan budaya keamanan siber dan membangun kompetensi
dalam keamanan siber. Hal yang cukup menarik adalah program peningkatan
kepedulian keamanan informasi, contoh program Duta Informasi bagi pelajar SMA
dan mahasiswa.
Bpk.
I Made Wiryana, Aptikom
Beliau
menjelaskan peran Perguruan Tinggi dalam keamanan informasi, perkembangan
pendidikan TI (IT, IS, CS, SE dll.), Tri Dharma PT, penelitian. PTN lebih
teori, PTS lebih ke praktis khususnya dalam keamanan informasi. SDM bidang
keamanan informasi masih didominasi oleh lulusan S1. Bidang TIK populer dengan
masalah lulusan kurang skill, sertifikasi lebih diakui dibanding ijasah, penelitian hanya untuk paper atau jurnal,
belum banyak penelitian multi disiplin yag menjadi syarat dalam keamanan
informasi. Pendidikan pendukung cyber security adalah kurikulum berbasis
kompetensi, contoh KKNI yang pengubahan pola pembelajaran dimana dosen menjadi
fasilitator dan mahasiswa belajar lebih aktif dengan kolaboratif work.
Budi
Rahardjo, Praktisi Keamanan Informasi
Bpk.
Budi adalah praktisi sekaligus dosen ITB menyampaikan penelitian di bidang
keamanan informasi, misalnya: aplikasi, implementasi software, protokol, dll. Penelitian
Kriptografi : mengacak, transpotition, substitution. Penelitian Stenografi :
seakan-akan tidak ada, disamarkan. Topik penelitian : Math (aljabar, finite
field dan kurva eliptik), struktur (Feistel Structure) dan visual cryptography.
Salah satu penelitian beliau adalah krypto : attacking crypto algorithms,
stegokripto : mengabungkan kriptografi dan stenografi, contoh menyembunyikan
pesan dalam sebuah teks, teks yang penuh dengan noise (sehingga sulit untuk
dibaca atau ditemukan pesannya) = steganokrypto. Dimana rumusnya adalah noise +
stenography. Algoritma yang bertujuan memberikan marker dalam awal pesan.
Pembicara
pada sesi ke dua adalah (sesi ini juga merangkap workshop) :
Ibu
Intan Rahayu, Kasubdit Budaya Keamanan Informasi, Kominfo
Materi
beliau adalah Cybersecurity Challenge and Careers, dimana disampaikan bahwa global
digital profile : > 3 billion internet user, > 2 billion media users yang
semuanya adalah pangsa pasar. Internet government forum dan badan lainnya
mengatur penggunaan internet, contohnya peningkatan kemampuan wanita dalam
pemanfaatan internet. Beberapa negara sudah membuat cybersecurity karena,
misalnya ada cyberterrorism bahkan sampai di bahas di PBB. Sebagai contoh
bahasan adalah smartcity yang akan dikembangkang di Bandung.
Raditya
Iryandi, praktisi keamanan informasi
Anak
muda yang dikenal sebagai hacker kondang ini menyampaikan materi Kerawanan
Media Sosial. Indonesia sangat diincar oleh banyak pihak karena berbagai sumber
daya : sumber daya alam, pariwisata, orang dan budaya. Kapitalisme menjajah
Indonesia karena kita tidak tahu siapa musuh kita. Persaingan perebutan sumber
daya dilakukan dengan melakukan penyerangan memanfaatkan informasi yang jelek. Melakukan
perang melalui media, misalnya dengan penyebaran hoax, virus karena kalau
perang terbuka sangat mahal. Pemutar balikan fakta menjadi berita dan informasi
yang disebarkan untuk meraih keuntungan. Contoh : informasi SARA sangat mudah
menyulut keributan. Jika kita (Indonesia) stabil secara intelektual akan dengan
mudah menghindari keributan akibat berita hoax. Mahasiswa harus memiliki filter
dari berita hoax. Beliau memberikan beberapa contoh kasus, misalnya bagaimana
orang dengan mudah memberikan password kepada orang yang tidak bertanggung
jawab.
Aat
Sadewa, Expert Virologi
Materinya
adalah Secure Web Programming. Beliau mengajarkan pemanfaatan google untuk
mencari login dari suatu website, misalnya masuk login e-banking. Cari pintu,
halaman untuk login dengan menggunakan kakas hacker. Misalnya menggunakan
sqlmap dengan bahasa phyton. Memanfaatkan live http header untuk menangkap data
login dan password dengan cara masuk ke dalam database sistem. Hack seperti ini
dapat menjadi pentest (penetration test) untuk risk security report sebuah
perusahaan. Ujungnya adalah business impact analysis serta mitigasi dari
penetrasi yang merugikan. Perusahaan akan melihat keuntungan dari peningkatan
keamanan informasi yang dimilikinya.
Acara
seminar diakhiri dengan pengumuman dan pembagian hadiah kepada 3 pemenang lomba
desain poster keamanan informasi, by the way 2 (dua) hadiah tersebut direbut
peserta dari Unpas lho .. ! keren lah …. pembicara keren, materi keren, peserta
nggak kalah keren juga !
Peserta mendengarkan paparan dari keynote speaker |
Penyampaian materi seminar dipandu moderator Bpk. Solikhin & Ibu Dwiza |
Nggak ada yang ngantuk ... semua peserta fokus ke depan ! |
Sesi tanya jawab |
Suasana daftar ulang peserta di luar aula |
Comments
Post a Comment