Setiap keluarga tentu
mendambakan kebersamaan yang tak mengenal batas, dunia hingga akhirat. Di
akhirat, setiap mukmin selalu berharap bahwa mereka dapat bersama dengan
orang-orang tercinta, di antaranya, keluarga. Pasti tak mudah menjaga diri,
terlebih keluarga dari api neraka. Titik tekannya ialah bahwa keluarga yang tak
tersentuh api neraka adalah keluarga yang dibangun oleh suami dan istri yang
berakhlak mulia. Dari pasangan yang penuh rahmat-Nya ini, kelak akan lahir
anak-anak yang berakhlak mulia, santun, dan menyejukkan. Rasulullah SAW
bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram (tersentuh) api
neraka?" Para sahabat berkata, "Iya, wahai Rasulullah." Beliau
menjawab, "(Haram tersentuh api neraka) adalah orang yang hayyin, layyin,
qorib, sahl." (HR at Tirmidzi dan Ibnu Hiban). Hadis ini mengalirkan
inspirasi untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Orang yang hayyin
(memiliki ketenangan dan keteduhan lahir batin), layyin (lembut dalam berkata
dan berbuat), qarib (ramah dan menyenangkan), dan sahl (gemar mempermudah orang
lain) merupakan figur yang akan menuai kesuksesan di dunia dan akhirat.
Wajarlah bila secara
alami kita mendambakan sistem pendidikan keluarga yang mampu mendidik segenap
anggota keluarganya agar terbiasa lembut dalam bersikap, tenang, ramah, dan
senang memudahkan orang lain. Jika suami dan istri mampu memberikan pendidikan
akhlak sesuai tuntunan Rasulullah Saw, menjaga keluarga dari api neraka
bukanlah hal yang tidak mungkin. Dan, Insya Allah, keluarga pun telah merasakan
surga dunia karena seluruh penghuni rumah menjadi sosok yang qurrota 'ayun.
Tidak ada teriakan, amarah, kebencian, apalagi permusuhan. Yang dirasakan
hanyalah kedamaian, ketentraman, hingga rumah tangga pun menjelma sebagaimana
yang Rasulullah SAW sabdakan, baiti jannati (rumahku surgaku). Suami dan istri
yang ingin melindungi buah hatinya dari api neraka harus bisa mengasuh dengan
energi positif. Mereka harus bisa menjadi teladan bagi buah hati, mengasuh
dengan ketenangan, keteduhan, kelembutan sikap, dan keramahan.
Hampir semua ahli
perkembangan kejiwaan sepakat bahwa anak yang diasuh dengan sikap yang baik
akan menyerap keteladanan, sehingga dapat menjadi bekal pembentukan kepribadian
positif. Kelembutan dalam bertutur kata tak bisa dibentuk instan. Orang tua
harus memberikan alunan nada, suara, dan tutur kata yang lembut kepada anak
sejak dini. Sedapat mungkin, orang tua tidak boleh membentak anak yang masih
berusia sangat dini meski ia memiliki ulah yang membuat kesal. Bentakan dan teriakan
dapat menggoreskan luka dalam diri anak. Orang tua yang bijak akan memahami
kesalahan anak dan dapat menerima sikap anak secara positif tanpa syarat. Rasulullah
SAW selalu bersikap penuh kasih kepada anak kecil. Bahkan, ketika ada seorang
anak kecil yang mengompol di gendongannya dan orang tua si anak membentak pada
si kecil, Rasulullah SAW menasihatkan agar orang tua tak mudah marah pada sikap
anak. Sebab, kotoran dapat dibasuh, tetapi luka hati tak bisa disembuhkan
dengan mudah. Menjaga keluarga dari api neraka dapat dilakukan dengan
penyeragaman empat sikap kepada seluruh anggota keluarga. Sedapat mungkin,
segenap anggota keluarga mampu menjadi figur yang layyin, hayyin, qarib, dan
sahl. Semoga, keluarga kita bisa terhindar dari api neraka dan dikumpulkan-Nya
ke dalam surga. Amiiinn !
Comments
Post a Comment