Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wassalam (SAW) merupakan teladan bagi umat. Berbagai
perilaku, sikap, dan tindakan Rasulullah, mempunyai makna yang sangat
bermanfaat bagi umatnya. Salah satunya adalah tersenyum. Rasul SAW mengajarkan,
senyum adalah salah satu amal yang utama, dan senyum merupakan bagian dari
sedekah. Dalam sebuah hadis diriwayatkan, pada suatu hari, ada serombongan
orang yang fakir dan miskin dari golongan Muhajirin, datang menemui Rasulullah
SAW. Satu di antara mereka pun mengadu dan mengeluhkan permasalahannya kepada
manusia yang mulia ini. "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah
memborong semua pahala hingga mereka mendapatkan tingkatan yang paling
tinggi." Rasul SAW bertanya, "Mengapa engkau berkata demikian?"
Lalu, mereka pun menjawab, "Orang-orang kaya itu mendirikan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami mengerjakan puasa, tapi
giliran saat mereka bersedekah, kami tidak mampu melakukan amalan seperti
mereka itu. Mereka juga mampu memerdekakan budak sahaya, sedangkan kami tidak
memiliki kemampuan melakukan itu."
Mendengar
keluhan orang fakir itu, Rasulullah SAW lantas tersenyum dan berusaha menghibur
sang fakir. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan
kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang
lebih utama dari kamu kecuali mereka berbuat seperti yang kalian
kerjakan?" Dengan antusias, mereka pun mengiyakan, "Mau, wahai
Rasulullah." Kemudian, Rasul SAW bersabda, "Bacalah 'Subhanallah',
'Allahu akbar', dan 'Alhamdulillah' setiap selesai shalat, masing-masing
sebanyak 33 kali." Setelah menerima wasiat Rasulullah SAW, mereka pun
pulang untuk mengamalkannya. Beberapa hari kemudian, rombongan fakir ini datang
lagi menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan keluhannya. "Wahai
Rasulullah, saudara-saudara kami orang kaya itu telah mendengar perbuatan kami,
lalu mereka juga melakukan sebagaimana amalan yang kami kerjakan." Maka,
Rasul SAW bersabda, "Itulah karunia Allah SWT yang diberikan kepada siapa
saja yang Ia kehendaki." (QS an-Nur [24]: 38). (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam
riwayat lain disebutkan, ketika orang-orang fakir itu mengadukan kemampuan
orang kaya dalam beramal, Rasul SAW lalu mengajarkan, agar mereka selalu
tersenyum setiap bertemu saudarasaudaranya. Senyumanmu ketika bertemu dengan
saudaramu adalah sedekah." (HR Ibnu Hibban). "Termasuk sedekah adalah
engkau mengucapkan salam dengan wajah ceria kepada orang-orang." (HR Ibnu
Abi Dunya). Berdasarkan hadis di atas, memperbanyak senyum setiap bertemu
setiap orang, apalagi sesama Muslim, menjadi ibadah yang mudah dan murah.
Sebab, dengan banyak tersenyum, nilai sedekah juga akan semakin banyak.
Subhanallah. Kita sadari, kekayaan orang kaya begitu banyak. Mereka mampu
membelanjakan harta yang dimilikinya di jalan Allah SWT. Mereka juga diberi
kesehatan fisik yang prima. Untuk mengerjakan amal ibadah, seperti shalat dan
puasa, mereka juga mampu melaksanakannya dengan baik. Tetapi, tersenyum, tentu
akan berbeda jumlahnya. Betapa indahnya ajaran agama yang dibawa Rasul SAW ini
untuk umatnya. Orang miskin yang tidak mampu bersedekah dengan hartanya, tetapi
mereka bisa bersedekah dengan tersenyum.
Tentu
ada makna yang tersirat di balik senyum itu. Banyak para ahli kesehatan
menemukan manfaat yang mengagungkan dari senyuman. Di antaranya, yang pertama,
senyum itu akan menghilangkan beban pikiran dan stres. Kedua, senyum itu akan
meredam amarah (emosi). Rasa marah yang meledak-ledak, akan mudah hilang jika
dilandasi dengan senyuman. Ketiga, senyuman yang memperlihatkan gigi geraham
dan gigi taring, akan mengencangkan kulit wajah sehingga membuat wajah akan
senantiasa ceria dan awet muda. Keempat, senyum ramah akan meningkatkan sistem
imun (kekebalan tubuh), mengurangi rasa sakit, dan menurunkan tekanan darah
tinggi. Kelima, senyuman akan menularkan energi positif kepada lingkungannya.
Sebuah penelitian menunjukkan, orang yang bergaul dengan mereka yang murah
senyum maka sikapnya juga akan ramah. Semoga kita semua mampu menjalankan salah
satu ajaran Islam ini, yakni tersenyum. Allahu a'lam.
Sumber
: Syahruddin el-Fikri http://khazanah.republika.co.id
Comments
Post a Comment