Indonesia
telah menetapkan Peta Jalan Revolusi Industri 4.0 pada awal April 2018. Peta
jalan berikut strategi pelaksanaan tersebut membidik ambisi besar : menjadikan
Indonesia posisi 10 besar kekuatan ekonomi dunia. Andai tak ada aral melintang,
target Revolusi Industri 4.0 bakal terwujud 2030. Modal merealisasikan Revolusi
Industri 4.0 sedikitnya ada tiga. "Perkembangan infrastruktur, besarnya
jumlah penduduk, dan kualitas sumber daya manusia," jelas Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto dalam sebuah kesempatan jumpa para penanam
modal di Jakarta. Data dari laman www.kemenperin.go.id
menunjukkan kebutuhan tenaga kerja sektor teknologi digital 2030 mencapai 17
juta orang. Jumlah ini diharapkan dapat terpenuhi mulai dari sekarang. Sudah
barang tentu, mereka yang bakal memenuhi kebutuhan tersebut adalah generasi
milenial saat ini. Pemerintah pun
memberikan bekal pendidikan formal, nonformal, dan informal yang relevan bagi
enerasi milenial yang kini sedang menempuh pendidikan tinggi. "Empowering
human talent adalah kunci kemajuan Indonesia," imbuh Airlangga. Laman www.kornferry.com saat meluncurkan hasil
riset per Mei 2018 bertajuk "Talent Crunch" memberi alasan pentingnya
menyiapkan tenaga-tenaga potensial dari kalangan milenial demi menjawab
kebutuhan 2030 tersebut. Riset itu menunjukkan bila Indonesia gagal memenuhi
kebutuhan tenaga ahli bidang teknologi informasi, akan ada potensi kehilangan
pendapatan hingga lebih dari 442 miliar dollar AS. Riset yang melibatkan 20
negara termasuk Indonesia ini juga menunjukkan langkanya tenaga ahli di bidang
teknologi informasi pada 2030 bakal membuat seluruh dunia tak bisa meraih
pendapatan 8,42 triliun dollar AS. Total pada 2030, menurut riset itu, dunia
membutuhkan 85,2 juta tenaga ahli bidang teknologi industri.
3
profesi paling dibutuhkan Secara lebih rinci, seturut data yang dikumpulkan
Kompas.com, ternyata ada tiga profesi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan
pekerjaan pada 2030. Ketiga profesi itu berkaitan langsung dengan keahlian di
bidang teknologi informasi.
(1)
Ahli kecerdasan buatan.
Ahli
di bidang ini, tulis laman www.CNN.com makin
dibutuhkan. Pasalnya, AI adalah salah satu bidang informasi teknologi yang
paling cepat berkembang dan beradaptasi dengan berbagai industri. Profesi ahli
AI adalah membuat tiruan tanggapan kognitif manusia dalam berinteraksi. Ahli AI
juga bertugas membuat sistem agar dapat menyelesaikan masalah berdasarkan
isyarat, lingkungan, dan perilaku pengguna. Saking pentingnya profesi ahli AI,
laman money.cnn.com, pada awal September 2018, memberitakan Pentagon,
Kementerian Pertahanan AS, menanamkan investasi hingga 2 miliar dollar AS untuk
pembuatan sistem AI.
(2)
Pakar pengelolaan data.
Profesi
kedua adalah adalah pakar pengelolaan data. Ahli di bidang ini mesti mempunyai
kemampuan mengelola data demi memenangi persaingan bisnis yang makin kencang.
Secara ringkas ahli di bidang ini mesti lihai dalam membuat program, analisa
data, hingga mengkomunikasikan pentingnya memiliki banyak data untuk
menghasilkan sekaligus menyebarluaskan produk-produk kepada banyak lapisan
masyarakat.
(3)
Start up valuator.
Laman
id.techinasia.com dalam catatannya memuat istilah valuasi, khususnya pada
perusahaan rintisan berbasis teknologi informasi atau yang dikenal start up.
Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Apabila sebuah perusahaan
mempunyai valuasi Rp 1 triliun, siapa pun yang ingin mengakuisisi penuh
perusahaan tersebut harus mempersiapkan uang minimal Rp 1 triliun. Angka
valuasi ini biasanya dijadikan acuan mengukur besar potensi bisnis sebuah
perusahaan. Nah, pekerjaan start up valuator adalah pekerjaan yang di dalamnya
termaktub kemampuan menakar sekaligus mengukur nilai ekonomi perusahaan
dimaksud. Dipastikan, tantangan pada pekerjaan ini menarik karena ahli di
bidang ini terus-menerus berkenalan dan mendalami perubahan ekonomi yang
berlangsung. Tentu saja, pada akhirnya, baik start up valuator, maupun dua
profesi yang sudah disebutkan di atas memberikan iming-iming pendapatan
terbilang memuaskan. Laman www.algorit.ma,
per Januari 2018 menunjukkan, gaji paling rendah per bulan untuk
profesi-profesi tersebut adalah Rp 25 juta. Bagaimana, tertarik?
Artikel
ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Profesi Ini Tidak Akan
Membuat Generasi Milenial jadi Pengangguran"
Penulis
: Josephus Primus
Editor
: Yohanes Enggar Harususilo
Comments
Post a Comment