Kisah
yang dinukilkan oleh Abdullah bin Mas'ud RA langsung dari Rasulullah SAW
berikut ini menggambarkan betapa rahmat Allah SWT sangatlah luas. Siapa pun tak
boleh berputus asa dan berhenti berharap kasih sayang-Nya. Dalam surah az-Zumar
ayat 53, Allah menegaskan sebagai berikut : “Katakanlah : ‘Wahai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus
asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” Rasul
mengisahkan, terdapat seorang yang berada di neraka. Ia terus berusaha melewati
dahsyatnya panas api neraka. Terkadang ia mampu berjalan kaki, namun sesekali
terjatuh telungkup, sering kali hangus dibakar api neraka. Jatuh bangun ia
berusaha melewati siksaan demi siksaan. Acap kali berhasil selangkah, ia
mengharap bantuan Allah. Dengan tertatih dan dalam waktu yang lama, ia pun
berhasil meninggalkan neraka. Segera ia
berseru, “Segala puji Allah yang menyelamatkanku darimu, hai neraka !” Tentu
saja, dia bersyukur karena tak ada yang mampu melewati neraka kecuali dia.
Namun,
keluar dari neraka bukan akhir dari penderitaan atas hukuman dampak bermaksiat
di dunia. Ia masih merasakan panas yang sangat dan begitu kehausan. Ia pun
melihat sekeliling dan tertuju pada sebuah pohon. Namun, jaraknya sangat jauh.
Ia pun meminta kepada Allah agar mendekatkannya, “Ya Allah, mohon dekatkan aku
ke pohon itu. Aku ingin berteduh di bawahnya dan meminum airnya,” pinta orang
itu. Allah pun bertanya padanya, “Wahai cucu Adam, jika Aku dekatkan kau ke
pohon itu, apa kau akan meminta hal lain lagi kepada-Ku ?” Orang itu pun segera
menjawab, “Tidak wahai Rabbku, aku berjanji tidak akan meminta hal lain,”
ujarnya yang tak sabar menikmati keteduhan di bawah pohon setelah sekian lama
dihukum di neraka. Saat itu, pohon yang di hadapan matanya sangat menggiurkan.
Allah pun mengabulkan permintaannya. Ia pun berada di bawah pohon itu, kemudian
segera meminum air darinya. Namun, setelah itu, ia kembali melihat sebuah
pohon. Namun, pohon yang dilihatnya lebih rindang dan lebih indah daripada
pohon pertama yang ia telah berteduh di bawahnya. Melihatnya, lupa sudah
janjinya.
Ia
kembali meminta pertolongan Allah agar didekatkan pada pohon kedua itu. “Wahai
Allah, mohon dekatkan aku ke pohon itu. Aku ingin berteduh di bawahnya dan
meminum airnya. Aku tidak akan meminta hal lain lagi,” pintanya. Allah pun
berfirman, “Hai cucu Adam, bukankah kau telah berjanji tak akan meminta hal
lain ?” Orang itu pun menjawab, “Iya, benar ya Allah, tapi kali ini saja. Aku
benar-benar tak akan meminta hal lain lagi,” pintanya merengek. Allah pun
memaklumi dan dengan kasih sayang-Nya, Allah mendekatkan orang itu ke pohon
kedua. Orang itu pun dapat berteduh di pohon yang jauh lebih indah dan rindang
dari pohon pertama itu. Namun, ternyata pohon kedua itu berada dekat dengan
pintu surga. Setibanya di pohon tersebut, ia mendengar suara penghuni surga
yang diliputi kebahagiaan. Apa daya, ia tak kuasa ingin memasukinya. Lagi, ia
melanggar janjinya dengan Allah. Ia kembali meminta kepada Allah, ia ingin agar
Allah memasukkannya ke dalam surga. “Ya Allah ya Rabb, Masukkanlah aku ke
sana,” pintanya, menunjuk pada surga yang kenikmatannya tak pernah terbayang
oleh manusia di bumi. Allah pun kembali berkata, “Hai cucu Adam ! Hal apa yang
membuatmu puas, apakah kau ingin Aku berikan dunia dan segala isinya ?” Orang
itu pun menjawab, “Ya Tuhanku, apakah Kau tengah mengejekku ? Tentu saja Kaulah
Tuhan pemilik alam semesta,” ujarnya. Allah pun tertawa seraya berfirman, “Aku
tidak mengejekmu, tapi Aku Maha Kuasa mewujudkan apa yang kau inginkan.” Maka
dimasukkanlah orang itu ke dalam surga dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia
pun berkumpul dengan hamba Allah yang lain yang tak pernah menyekutukan-Nya. Dia
pun menjadi orang terakhir yang masuk surga, sang penghuni surga terakhir.
Kisah
di atas sangatlah menggelitik sekaligus memicu tawa para sahabat, tak
terkecuali Abdullah bin Mas'ud. Saat bagian si penghuni surga terakhir berkata
kepada Allah, “Ya Tuhanku, apakah Kau tengah mengejekku. Tentu saja Kaulah
Tuhan pemilik alam semesta,” Ibnu Mas'ud pun tertawa. Ia berkata kepada
orang-orang yang mendengar kisah itu, “Apa kalian ingin bertanya mengapa aku
tertawa ?” Para sahabat lain pun menjawab, “Iya, mengapa kau tertawa ?” Ibnu
Mas'ud pun menjawab, “Karena aku melihat Rasulullah tertawa (saat mengisahkan
hal sama). (Saat mendengar kisah itu dari Rasulullah), aku pun bertanya kepada
Rasulullah, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda tertawa ?” Beliau pun menjawab,
“Karena Tuhanku, Tuhan seluruh alam, juga tertawa,” sabda Rasulullah.
Sumber : www.republika.co.id
Comments
Post a Comment