Sombong
adalah sifat buruk yang dapat menggelincirkan manusia ke dalam azab yang pedih.
Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Ibn Mas'ud ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat
seberat biji sawi dari kesombongan." Untuk menghindarinya, kita tidak bisa
lakukan begitu saja tetapi kita mesti mengetahui peluang yang mendorong dan
menyebabkan timbulnya kesombongan itu. Jika tak mengetahui penyebabnya,
sulitlah kita mengatasi akibatnya. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin
menyebutkan, peluang yang menyebabkan seseorang bisa sombong.
Pertama,
ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Orang bisa sombong karena merasa mempunyai
ilmu dan menganggap orang lain lebih bodoh.
Kedua,
ibadah dan amal saleh yang dikerjakannya. Niatnya bercampur dengan riya dan
sum'ah atau ingin mendapatkan pujian dari makhluk. Gemar sekali kalau
dinyatakan oleh orang bahwa dirinya orang saleh, ahli ibadah, lebih pintar
hukum, dan segudang pujian lainnya. Bahkan, ia sangat suka jika orang lain
mengatakan kalau dirinya jarang melakukan perbuatan maksiat atau dosa.
Ketiga,
keturunan atau nasabnya. Seseorang yang berasal dari keturunan terhormat,
bangsawan, dan sebagainya lebih berpeluang sombong dibandingkan orang dari
keturunan biasa-biasa saja. Ia cenderung memandang remeh terhadap orang lain.
Keempat,
harta kekayaan yang dimilikinya. Orang yang ber gelimangan harta mudah terseret
pada semacam rasa haus ingin dipuji. Ia merindukan suatu kehormatan dari orang
lain karena kekayaannya. Dengan kekayaan yang dimilikinya, sering kali ia
meremehkan orang lain yang hartanya tak sebanding dengannya. Hal yang lebih
berbahaya lagi, si kaya ini tak segan-segan memperlakukan orang lain (orang
miskin) dengan sikap kesewenang-wenangan. Anggapannya ialah segalanya dapat
dibeli dengan uang. Orang lain dengan mudahnya dapat dipermainkan dengan harta.
Kelima,
keelokan wajah yang dimilikinya. Merasa kalau dirinya yang paling cantik atau
tampan sehingga lagak dan gayanya berlebih-lebihan. Bahkan, karena keelokan
wajahnya, orang itu tidak meniti jalan yang baik, tetapi digunakan di jalan
maksiat karena merasa memudahkan ia berbuat zina.
Keenam,
kekuasaan. Sombong karena kekuasaan berakibat sangat berbahaya dan membahayakan
orang lain. Kesombongan ini berakibat munculnya tindak kezaliman
(kesewenang-wenangan). Karena kekuasaan yang dimilikinya, lalu ia berbuat
sekehendak hatinya.
Ketujuh,
kaum atau golongannya lebih banyak. Dengan golongan yang besar, ia menganggap
dirinya mempunyai kharisma yang agung. Padahal, golongan dan pengikut yang
banyak hanya bisa dirasakan di dunia. Di akhirat yang menjadi pengikut setia
hanyalah amal kebaikan yang diterima Allah.
Semua
itu akan merusak jiwa dan menutup kalbu sehingga lupa jika hanya Allah yang
Agung. Semoga kita semua dijauhkan Allah dari sifat sombong yang berbahaya
dalam amal ibadah dan senantiasa tawadhu berjalan di muka bumi dan menghadap
Allah. Amien.
REPUBLIKA.CO.ID
Oleh:
Ahmad Agus Fitriawan
Comments
Post a Comment