Faktanya,
kondisi ibadah umat Islam pasca Ramadhan tidak berbanding lurus dengan
meriahnya ibadah di bulan Ramadhan. Semarak ibadah di bulan Ramadhan tidak
berlanjut di luar Ramadhan. Pertanyaannya
adalah apakah kewajiban beribadah hanya di bulan Ramadhan ? Mengapa kondisi ini
terjadi ? Jawabannya karena mayoritas ummat Islam keliru dalam memahami tujuan
disyariatkannya ibadah puasa seperti yang sampaikan dalam surat Al-Baqarah ayat
183, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Dalam
ayat di atas Allah SWT mempergunakan kata
“taqwa” (orang-orang yang
bertakwa) dalam bentuk fi'il mudhori' (kata kerja yang menunjukkan perbuatan
yang dikerjakan sekarang dan akan datang). Ini artinya disyariatkannya puasa
Ramadhan dengan tujuan agar umat Islam meningkatkan ketakwaannya baik di bulan
Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
Dengan
demikian Ramadhan berfungsi sebagai syahruttarbiyyah (bulan pelatihan). Selama
sebulan penuh kita dikarantina, dilatih dengan berbagai bentuk ibadah
individual seperti shalat, puasa, tadarrus
Quran, zikir dan ibadah sosial seperti zakat, infak, dan sedeqkah. Semua itu hendaknya kita lanjutkan
di luar Ramadhan. Puasa itu melatih diri untuk merasakan betapa perihnya lapar
seperti apa yang dirasakan saudara kita fakir miskin yang setiap hari menahan
lapar dan belum pasti akan mendapatkan apa yang akan dimakan.Sehingga tumbuh
rasa peduli pada sesama khususnya fakir miskin. Ramadhan sebentar lagi akan berlalu. Artinya kita bersiap-siap
merealisasikan hasil pelatihan selama sebulan itu di sebelas bulan yang akan
datang. Selayaknya orang yang ikut pelatihan, maka semua ibadah baik ibadah
individual maupun ibadah sosial yang dilakukan setelah Ramadhan harus meningkat
bahkan lebih meningkat dibanding saat Ramadhan. Inilah
yang Allah SWT inginkan dengan
disyariatkannya puasa di bulan Ramadhan agar menjadi hamba yang bertakwa baik
di bulan Ramadhan apalagi setelah Ramadhan. Ulama mengatakan, “Jadilah engkau
hamba Allah Ta’ala (yang istiqamah beribadah setiap saat), dan janganlah engkau
menjadi hamba Ramadhan yang semangat beribadahnya hanya di bulan Ramadhan.”
Oleh
: Hasan Yazid Al-Palimbangy
Sumber
: https://republika.co.id/
Comments
Post a Comment