Nabi SAW bersabda, "Bertakwalah
kepada Allah di mana dan kapan saja engkau berada. Susullah keburukan dengan
amal kebaikan sebab itu bisa menghapusnya. Tunjukkan akhlak yang baik kepada
manusia!" (HR at-Tirmidzi). Pesan Nabi SAW di atas adalah pesan yang sangat
berharga. Pesan tersebut berlaku bagi semua umatnya hingga hari kemudian.
Mengamalkannya merupakan jaminan kesuksesan dunia dan akhirat. Pertama adalah
pesan untuk bertakwa di mana dan kapan saja berada. Takwa adalah tujuan dari
segala tujuan hidup manusia. Secara bahasa takwa berarti melindungi dari dari
mara bahaya. Hakikat takwa adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan;
bersyukur dan tidak kufur; ingat kepada-Nya dan tidak lupa; serta taat dan
tidak bermaksiat. Orang yang berhasil menata hidupnya dalam ketakwaan, akan
mendapatkan banyak kebaikan. Ia bisa mencapai derajat kewalian (QS Yunus :
62-63). Ia layak menjadi orang yang mulia di sisi Allah (QS al- Hujurat :13).
Ia akan dibimbing untuk bisa membedakan antara hak dan batil (QS al-Anfal :
29). Ia akan mendapatkan solusi dan jalan keluar dari segala persoalan (QS
ath-Thalaq : 3-4). Serta ia juga akan mendapat pengampunan dosa sekaligus
limpahan pahala (QS QS ath-Thalaq : 5). Karena itu, Nabi SAW selalu memberikan
pesan untuk bertakwa dalam setiap kesempatan. Itulah bekal terbaik manusia
dalam menjalani kehidupan.
Kedua, pesan untuk senantiasa
menyusul keburukan dengan amal kebaikan. Pasalnya, sehebat apa pun usaha untuk
menata ketakwaan, kita tetaplah manusia yang tidak lepas dari dosa dan salah.
Manusia bukan malaikat dan bukan pula bidadari surga. Manusia tempatnya lupa
dan alfa. Ada saat ia jatuh dan tergelincir pada kesalahan. Namun demikian,
Nabi SAW tidak ingin umatnya berputus asa dan patah semangat untuk menjadi
orang baik. Beliau memberikan jalan keluar. Yaitu pada saat seseorang
tergelincir dalam kesalahan, ia tidak boleh diam dan terus membiarkan diri di
dalamnya. Apalagi bangga dan memamerkan kesalahan yang ada. Sebab, dosa dan
kesalahan yang dibiarkan bisa membesar dan menjadi petaka. Hati bisa menjadi
rusak dan berkarat sebagaimana firman Allah dalam surah al-Muthaffifin ayat 14.
Tempat dilakukannya dosa dan maksiat juga bisa menjadi saksi di akhirat. Karena
itu, Nabi SAW menyuruh segera menyusul keburukan dengan amal kebaikan. Hal itu
agar hati segera menjadi bersih kembali tidak sampai berkarat. Juga agar semua
tempat kita berpijak dan beraktivitas tidak menjadi saksi keburukan. Akan
tetapi, sebaliknya, menjadi saksi kebaikan. Ketiga, pesan untuk berakhlak baik
kepada manusia. Pasalnya, ketakwaan kepada Allah dan usaha menjaganya bisa
hancur berantakan lantaran akhlak buruk kita. Ahli ibadah bisa bangkrut dan
celaka lantaran akhlak buruknya. Orang yang tekun salat dan rajin puasa bisa
binasa lantaran perbuatan keji yang dilakukannya. Atas dasar itulah, ketakwaan
harus dirawat dan dijaga dengan cara menunjukkan akhlak mulia. Iman baru
bernilai bila disertai akhlak yang mulia. Ibadah baru diterima bila berhias
akhlak mulia. Ilmu juga baru bermanfaat bila melahirkan akhlak mulia. Itulah
sebabnya Nabi SAW bersabda, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia." (HR Ahmad).
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
Oleh: Fauzi Bahreisy
Comments
Post a Comment