Salah satu rukun dalam melaksanakan
ibadah umroh dan haji adalah Sa’i. Ibadah Sa’i adalah salah satu rukun umroh
dan haji yang dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan dengan bergegas
di antara Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak 405 meter sebanyak tujuh kali. Prosesi
Sa’i dilaksanakan dari bukit Shafa. Ketika berada di Shafa, jamaah hendaknya
naik ke atas bukit menuju Marwah dan kemudian mengahadap ke Kabah. Ibadah Sa’i
yang saat ini dilaksanakan oleh jamaah haji dan umroh memiliki sejarah dan
makna tersendiri. Sejarah sa’i tidak lepas dari kisah istri Nabi Ibrahim yang
juga ibu dari Nabi Ismail, yaitu Siti Hajar. Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa
dan Marwah berawal ketika Siti Hajar berusaha mencari air untuk putranya Ismail
yang tengah kehausan. Ketika itu, Nab Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT
untuk meninggalkan istri dan juga anaknya di sebuah gurun yang sangat tandus.
Siti Hajar yang merasa bingung dan sedih atas rencana kepergian suaminya pun
bertanya “Hendak pergi kemanakah engkau Ibrahim?”. Mendengar pertanyaan
tersebut dari istrinya, Nabi Ibrahim tidak menjawab dan diam saja. Kemudian
Siti Hajar menambahkan “Sampai hatikah engkau Ibrahim meningalkan kami berdua
di tempat sunyi dan tandus seperti ini?”. Ibrahim masih tidak menjawab dan
tidak menoleh sama sekali. Kemudian Siti Hajar berkata kembali, “Adakah ini
perintah dari Allah SWT?”. Saat itu, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Mendengar
jawaban tersebut, hati Siti Hajar menjadi lebih tenang. Lalu kemudian Siti
Hajar kembali berkata,”Jika memang demikian, pastilah Allah tidak akan pernah
menyia-nyiakan nasib kita.”.
Nabi Ibrahim kemudian pergi
meninggalkan Siti Hajar dan juga Ismail dengan membekali mereka makanan dan
minuman. Akan tetapi bekal yang diberikan Ibrahim tersebut lama-kelamaan habis
juga. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air untuk anaknya. Dari tempat ia
berada, Siti Hajar melihat sebuah bukit, yaitu Bukit Shafa. Ia kemudian
bergegas mencari air menuju puncak Bukit Shafa, akan tetapi nihil. Ia tidak
menemukan apapun. Kemudian ia bergegas turun ke arah Bukit Marwah, namun nihil
juga. Siti Hajar kembali lagi ke Bukit Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah.
Demikian seterusnya hingga tujuh kali. Setelah tujuh kali bergegas dari Shafa
ke Marwah dan sebaliknya, dari Bukit Marwah Siti Hajar mendengar suara
gemericik air. Ia kemudian menghampiri arah suara tersebut. Betapa terkejutnya
ia ketika menemukan pancaran air yang deras keluar dari dalam tanah di bawah
telapak kaki Nabi Ismail. Kini air tersebut kemudian dinamakan dengan air
zamzam. Dan hingga saat ini, air zam-zam tidak pernah surut ataupun kekeringan.
Orang-orang Arab yang melintasi kawasan tersebut kemudian memutuskan untuk
tinggal dan jadilah saat ini menjadi Kota Mekah yang berkembang. Di tempat
tersebut kemudian dilaksanakan ibadah haji dan umroh oleh seluruh umat muslim
di seluruh dunia. Dan peristiwa Siti Hajar tersebut kemudian dijadikan dasar
ibadah sa’i yang saat ini dilakukan ketika ibadah umroh atau haji. Secara
bahasa, Sa’i memiliki arti berjuang atau berusaha. Namun kemudian, makna sa’i
dkembangkan menjadi sebuah perjuangan hidup yang dilakukan untuk pribadi,
keluarga, maupun masyarakat. Sa’i dimaknai sebagai perjuangan hidup yang
pantang menyerah dan tidak putus asa. Bahwa hidup harus dijalani dengan penuh
kesabaran, ketaqwaan, serta ketawakalan kepada Allah SWT.
Dikutip dari https://hasuna.co.id/
Foto : umrah FT Unpas 2019
Comments
Post a Comment