Menyucikan jiwa dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Pandemi masih terus menyelimuti, duka cita menjadi
hari-hari yang merundungi. Rasanya getir dan khawatir apabila melihat situasi
hari ini. Namun, tentu sebagai seorang Muslim, pada kondisi apa pun, menebar
kebaikan jangan berhenti. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat kepada
yang lainnya. Diberikan situasi apa pun harus siap sedia. Mendapat kemudahan
menjadikan diri sebagai pribadi bersyukur. Diberikan kesusahan, sabar dan
tawakal sebagai sikap mental. Jiwa ini harus terus disucikan agar ridha dengan
segala ketetapan dari Allah yang Maharahman. Hanya, rasanya ironi, masih banyak
yang culas dan mengambil untung di atas derita saudara. Maka beruntunglah
manusia yang menjaga dirinya dari kejahatan, padahal boleh jadi berpeluang,
bahkan tetap peduli sesama. “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan
dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh rugi
orang yang mengotorinya.” (QS asy-Syams: 8-10). Menyucikan jiwa dapat dilakukan
dengan beberapa cara.
Pertama, bertobat sungguh-sungguh,
tidak mengulangi kesalahan yang sama. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari
Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Seorang mukmin tidak boleh tersengat dua
kali dalam satu lubang.” (HR Muslim). Kedua,
berzikir tanpa sekali pun lalai pada-Nya. Bacalah kalimah zikir, asmaul husna,
dan Al Qur’an setiap hari. Pelajari maknanya, temukan petunjuk dari sumber
ajaran. Bacalah kitab-kitab tafsir untuk memahami lebih jelas kandungan ayat
per ayat dan kaitannya. Jangan sungkan untuk bertanya kepada para ahli agar tak
tersesat pemahaman diri. Al Qur’an adalah obat, nasihat dan penerangan,
petunjuk dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Ketiga, zikir dan pikir
diseimbangkan. Caranya dengan mengisi hari-hari dengan belajar ilmu
pengetahuan. Jika ayat qauliyah telah dibaca, pelajarilah ayat kauniyah. Alam
semesta adalah tanda, petunjuk bagi mereka yang berpikir. Mengkaji alam semesta
dan para pengisinya hanya dapat dilakukan oleh ilmu pengetahuan, unsur utama
kekuatan peradaban. Ayat qauliah dan kauniyah bersumber dari Allah Maha
Mengetahui, sumber kebenaran.
Keempat, manusia tempatnya salah dan lupa. Berkumpul dengan orang baik dan para ulama akan selalu mengarahkan agar tetap berada dalam kebaikan. Ilmu bertambah, iman menguat, amal saleh semakin meluas, menebar manfaat. Perbanyak merenungi diri, tentang apa yang telah diperbuat. Lupakan kebaikan, ingatlah keburukan dan jangan tunda untuk memohon ampunan. Kelima, memintalah selalu kepada-Nya untuk diberikan petunjuk berada di jalan yang diridhai. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW datang lalu bertanya kepada beliau, “Sesungguhnya kadang-kadang tersirat suara dalam hati kami suatu hal yang berat untuk kami katakan.” Beliau bertanya, “Apakah hal demikian sudah terjadi padamu?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda,” Itulah pertanda iman yang sebenarnya.” (HR Muslim).
Oleh Iu Rusliana
Sumber : https://www.republika.id/
Comments
Post a Comment