Beruntunglah orang yang beribadah
kepada Allah atas dasar mengenal diri-Nya. Banyak hal di dunia ini yang berada
di luar batas kemampuan manusia. Orang yang senantiasa memikirkan kebesaran
Allah akan merasakan keterbatasan diri dan akalnya. Makin ia mengenal Allah,
makin ia merasa kecil. Kesadaran semacam itu akan mengikis setiap kesombongan
yang melekat pada diri seseorang. Mahasuci Allah yang telah menampakkan
diri-Nya melalui tanda-tanda kebesaran-Nya hingga tak ada lagi yang
tersembunyi. Berbagai macam kejadian Allah hadirkan di muka bumi ini agar
manusia semakin yakin atas keberadaan-Nya. Orang yang cerdas akan mampu menangkap
hikmah di setiap peristiwa yang tercipta. Mukmin sejati hendaknya tidak ada
sedikit pun keraguan dalam dirinya tentang bagaimana Allah mengatur setiap
kehidupan. Dialah Sang Raja Diraja. Dia menciptakan bani Adam dari tetesan air,
kemudian menjadikannya dalam bentuk yang sangat sempurna, lalu memberikannya
pemahaman, kesadaran, dan ilmu pengetahuan. Dia juga yang membentangkan alam,
alirkan mata air, tiupkan angin, dan tumbuhkan pepohonan. Dia angkat di atas
manusia langit yang menjulang tanpa tiang, dilengkapi matahari yang bersinar
kala siang. Kemudian, Dia ciptakan malam agar manusia dapat beristirahat dan
menenangkan diri.
Pikirkanlah penciptaan delima dengan
biji-bijinya yang tersusun rapi, kulitnya yang begitu indah. Atau bagaimana
anak ayam yang ada di dalam telur, juga bayi dalam kandungan ibu. Sungguh,
semua kejadian itu menggambarkan kebesaran Sang Khalik. Masih banyak lagi yang
tidak bisa diuraikan bagaimana Allah menunjukkan kekuasaan dan wujud-Nya
sebagai pencipta alam. Allah hadir dalam perbuatan-Nya yang beragam. Mukmin
sejati akan makin sadar dengan keagungan Allah sehingga meluncurlah ungkapan
kekaguman, “Subhanallah". Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka'.” (QS Ali Imran: 190-191). Beruntunglah orang yang
beribadah kepada Allah atas dasar mengenal diri-Nya. Bukan karena paksaan atau
tradisi semata, melainkan lahir dari kesadaran sebagai makhluk ciptaan-Nya. Ibnu
al-Jauzi berkata, “Orang yang lalai akan mengatakan ‘subhanallah’ hanya sebagai
kebiasaan. Namun, bagi orang yang sadar, ucapan itu merupakan refleksi terhadap
keajaiban alam dan tanda-tanda kebesaran Tuhan.” Wallahu a’lam.
Oleh : Agus Sopian
Sumber : https://www.republika.id/
Comments
Post a Comment