Media sosial dapat digunakan sebagai
media dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Dalam beragama dan
berkehidupan, kita diharapkan tidak hanya memiliki kesalehan ritual, tapi juga
kesalehan sosial dan kesalehan spiritual. Di samping tekun melaksanakan
ibadah-ibadah ritual yang bersifat wajib maupun sunah, kita juga diharapkan
punya interaksi dan manfaat sosial yang baik dan berkeadaban dengan sesama. Dengan
kesalehan ritual dan sosial tersebut, kita diharapkan dapat mempunyai kualitas
spiritualitas diri yang baik, mempunyai hubungan yang baik dengan Allah SWT,
serta dapat memberikan makna dan dampak yang positif untuk manusia dan
kemanusiaan. Selain ketiga bentuk kesalehan di atas, pada era globalisasi dan
komunikasi berbasis internet saat ini, kesalehan bermedia sosial juga menjadi
sangat penting kita perhatikan. Berdasarkan data Datareportal, pada Februari
2002, dari 277,7 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 370,1 juta koneksi
telepon genggam, 204,7 juta pengguna internet, dan 191,4 juta pengguna aktif
media sosial. Dari statistik ini terlihat bahwa potensi media sosial sangat besar
dalam menyebarkan kebaikan maupun kebatilan. Media sosial seperti Youtube,
Facebook, Instagram, dan Twitter dapat digunakan sebagai media dakwah untuk
menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Namun, pada saat yang sama, juga dapat
digunakan untuk memecah belah, menyebarkan fitnah, berita bohong, dan hujatan
kebencian. Dengan kata lain, bermedia sosial punya potensi untuk memperoleh
amal jariah maupun dosa jariah. Islam sebenarnya sudah mengajarkan sejumlah
prinsip berinteraksi dan berkomunikasi untuk membangun kesalehan bermedia
sosial. Contohnya, kita dilarang untuk mengolok-olok, mencela satu sama lain,
dan saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk (QS 49:11). Kita juga
diminta menjauhi prasangka, mencari-cari kesalahan, dan menggunjing orang lain (QS
49:12); dan diminta menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna (QS 23:3). Kita juga diminta berhati-hati dalam menyikapi suatu berita
atau informasi yang kita peroleh (QS 49:6). Jangan cepat-cepat kita sebarkan
sebelum kita yakin akan keabsahannya. Saring dulu sebelum kita sharing. Bahkan,
menurut Socrates, tiga lapis saringan harus dilalui suatu informasi sebelum
dapat kita sharing, yaitu saringan kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatan. Rasulullah
SAW juga mengingatkan agar kita tidak menceritakan (mem-posting) segala apa
yang kita dengar, karena kita bisa jatuh dalam dusta (HR Muslim: 5), dan
mendapatkan dosa (HR Abu Daud: 4340). Di samping itu, kalau kita tidak bisa
menyampaikan hal yang baik, Rasulullah SAW mengingatkan agar sebaiknya kita
diam (HR Bukhari dan Muslim). Mengingat semakin padatnya interaksi dan
komunikasi di media sosial saat ini dan pada masa datang, yang melibatkan
begitu banyak orang dari beragam status sosial, ekonomi, maupun ideologi, sudah
selayaknya kesalehan bermedia sosial dimiliki oleh kita semua. Jadikanlah media
sosial untuk menebarkan kebaikan dan kemaslahatan dan jangan sebaliknya.
Semoga.
Oleh : Hasanuddin Z Abidin
Sumber : https://www.republika.id/
Comments
Post a Comment