Allah memerintahkan kepada manusia
untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Perintah ini mengindikasikan jika Allah
membuka komunikasi yang seluas-luasnya untuk mengadukan segala masalah yang
dihadapinya serta menguji sejauh mana kecintaan manusia yang bersangkutan
kepada Allah yang menciptakannya.
"Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS.Adz-Zariyat : 56).
Perintah ibadah ini kepada umat
manusia senantiasa memberikan motivasi kepadanya agar senantiasa selalu
mengingat Allah di dalam setiap hidupnya. Manusia yang mampu menggunakan
waktunya untuk beribadah adalah manusia yang sangat beruntung. Mengapa demikian
? Sebab saat ini banyak manusia yang terlena menghabiskan waktunya untuk
mengejar ambisinya yang terkait urusan dunia dan melupakan urusan akhiratnya
sehingga ia hanya disibukkan dengan urusan dunia tanpa mendapatkan ketenangan
hati dan kebahagiaan. Shalat adalah perintah Allah yang setiap waktu harus
dilaksanakan dan tak boleh ditinggalkan. Dunia itu penting bagi kehidupan
tetapi tidak membuat diri kita hanya sibuk menguruskan hal itu hingga melupakan
kita di dalam mengingat Allah. Siapa saja yang mendapatkan kesempatan melakukan
ibadah kepada Allah dan ibadah kepada manusia adalah orang yang mendapatkan
nikmat yang sangat luar biasa. Allah bertanya, nikmat mana yang akan kalian
dustakan ? Jadi yang dapat nikmat ini sungguh beruntung karena selamanya
melakukan apapun selalu terkait dengan keridhoan Allah sehingga apa yang
dilakukannya takkan sia-sia.
Coba renungi betapa nikmatnya ketika
kita mampu melaksanakan Shalat tepat waktu dan berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki.
Ketika Allah memanggil dengan Hayya ala sholah, mari kita mendirikan Shalat dan
dilanjutkan dengan Hayya alal Falah, mari mendapatkan kebahagiaan. Maka tentu
saja yang mampu melakukan hal ini secara kontinyu maka lebih berpeluang
mendapatkan kebahagiaan yang diinginkannya daripada yang mungkin menunda-nunda
waktu Shalat. Belum lagi ibadah shaum wajib atau shaum sunnat, bersedekah,
bertohalabul ilmi, membaca al Quran atau berbuat kebaikan kepada orang lain.
Tentu saja hal ini adalah nikmat yang tak terkira. Kita memahami, punya harta,
punya jabatan, bisa makan minum yang enak atau bisa menikmati fasilitas
hidupyang ada adalah nikmat tetapi nikmat terbesar itu adalah nikmat saat
selalu diberi kesempatan melaksanakan ibadah dalam keadaan apapun. Kesempatan
beribadah adalah waktu berharga karena kita diberi kesempatan untuk dapat
mengingat dan dekat dengan Allah. Setiap ibadah yang dilakukan secara tulus
sesuai tuntunan agama maka itu takkan pernah merugikan. Kesempatan melakukan
ibadah apapun sangat mahal harganya karena banyak manusia yang lupa terhadap
nikmat seperti ini. Maka dari itu selama kita sehat maka mari manfaatkan waktu
yang ada untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.
“Dua nikmat, kebanyakan manusia
tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Jadi saat kita diberi waktu luang dan
kondisi kesehatan yang prima sudah tentu harus dimanfaatkan untuk selalu
melakukan kebaikan terkhusus melakukan ibadah. Beribadah kepada Allah tentu
saja membuat diri selalu merasa dekat dengan Allah. Melaksanakan ibadah kepada
Allah tidak akan pernah lelah jika pahami bahwa itu semua adalah nikmat.
Sehingga sangat pantas kita harus bersyukur atas nikmat yang diberikan itu.
Dengan bersyukur maka Allah akan tambah nikmat kita.
“Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nahl: 18).
Oleh karenanya kita tak perlu
menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah. Namun yang terbaik adalah
manfaatkan kesempatan beribadah itu secara baik karena Allah menyukai orang
yang memnafaatkan kesempatan. Selain setiap saat kita selalu bersama Allah juga
kita memiliki peluang besar menyampaikan hajat kita dan insha Allah hajat-hajat
itu akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Oleh : Deffy Ruspiyandy
Sumber : https://retizen.republika.co.id/
👍🏻
ReplyDelete