Ada beberapa cara yang Rasul gunakan
agar para sahabatnya memahami sesuatu. Pada suatu hari ketika Rasulullah dan
para sahabatnya sedang berada di masjid, datang seorang Badui. Orang itu
berdiri dan buang air kecil di masjid. Melihat kelakuannya, para sahabat
menghardiknya. Namun, sang junjungan menenangkan sahabatnya. Janganlah kalian
hentikan dia, biarkan saja dulu.” Demikian dikisahkan Anas bin Malik. Sumber
lain menyebutkan, Rasul meminta sahabatnya untuk membiarkan orang Badui
tersebut menyelesaikan hajatnya dan memerintahkan mereka menyiram bekas air
seni itu dengan seember air. Beliau menegaskan, manusia diperintahkan untuk
mempermudah urusan, bukan malah mempersulitnya. Setelah semuanya usai, Muhammad
SAW menyampaikan penjelasan. Ia tak mengumbar kejengkelan dan kemarahan. Dengan
lemah lembut, ia memberi tahu bahwa masjid tak sepantasnya terkena setetes air
kencing dan kotoran. Tak ada hukuman yang dijatuhkan oleh Muhammad karena ia
memaklumi ketidaktahuan orang tersebut. Al-Hafiz Ibnu Hajar menjelaskan, ada
beberapa pelajaran dari peristiwa yang dijelaskan dalam hadis di atas. Salah
satunya, keharusan bersikap lunak terhadap orang jahil atau mereka yang belum
tahu. Ada pula kewajiban untuk mengajarinya dengan cara yang tidak keras untuk
mengambil hatinya.
Peristiwa itu juga menunjukkan budi pekerti Rasul yang sangat tinggi. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam sahihnya yang dikutip Sopian Muhammad pada bukunya, Manajemen Cinta Sang Nabi, menguraikan kejadian berikutnya usai orang Badui itu memperoleh pelajaran dari Rasul. Setelah memahami penjelasan Rasul dan kekeliruan yang dibuatnya, si Badui berkata, Demi ayah ibuku, beliau tidak menyalahkan juga tidak mencelaku.” Dalam metode dan teknik pembelajaran, kata Sopian, apa yang dilakukan Rasulullah merupakan penerapan metode scanning and levelling. Metode ini diaplikasikan karena adanya perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman antara satu orang dibandingkan orang lainnya. Cara sama juga digunakan Rasulullah saat memberikan jawaban tidak rumit kepada seorang mualaf yang bertanya kepada beliau, apa yang harus dilakukan olehnya yang baru memeluk Islam. Hadis yang diriwayatkan Muslim menyebutkan jawaban Rasulullah yang menyarankan orang itu untuk beriman dan bersitiqamah. Menurut Sopian Muhammad, inti keteladanan Nabi Muhammad dalam hal ini adalah sesederhana mungkin dalam memberikan pemahaman terhadap suatu persoalan. Dengan catatan, tetap memperhatikan kejelasan dan tingkat pemahaman seseorang. Rasulullah jelas tidak mau membebani seseorang dengan pernyataan berisi kata-kata atau istilah asing yang cenderung tidak dipahami oleh orang yang diberi penjelasan.
Dalam buku Rasulullah, Manusia tanpa
Cela dijelaskan, ada beberapa cara yang Rasul gunakan agar para sahabatnya
memahami sesuatu. Adakalanya beliau menjawab pertanyaan yang dilontarkan
kepadanya. Hadis yang diriwayatkan An-Nawwas bin Sam’an mengungkapkannya. An-Nawwas
bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan dosa. Rasul menjawab, kebaikan
itu adalah budi pekerti yang baik, sedangkan doa merupakan apa yang terlintas
dan dikandung di dalam rongga dada seseorang dan hal itu tak ingin diketahui
oleh orang lain. Cara yang sama digunakan untuk menjawab pertanyaan kaum perempuan.
Kadang-kadang pertanyaan diajukan dan dijawabnya sendiri. Dengan teknik ini,
Rasul ingin merangsang keingintahuan dan perhatian. Muadz pernah mengalaminya.
Utusan Allah SWT itu bertanya, maukah Muadz diberi tahu tentang pokok pangkal
dan puncak segala perkara. Muadz pun menjawab, ya. Pokok pangkal segala sesuatu
adalah Islam, sedangkan tiang Islam itu adalah shalat, dan puncaknya jihad di
jalan Allah,” demikian pernyataan Rasulullah kepada Muadz. Kini, cara semacam
itu telah banyak digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Terkadang, Rasulullah bertanya kepada sahabat-sahabatnya untuk menguji
kecerdasan dan pengetahuan mereka. Ibnu Umar mengatakan, ia dan sejumlah
sahabat lainnya pernah diuji. Sebuah pertanyaan diajukan kepada mereka mengenai
pohon apa yang tak pernah rontok daunnya. Lantas, para sahabat menjawab dengan
menyebut sejumlah nama pohon. Ibnu Umar mengaku dalam hatinya terlintas pohon
kurma merupakan jawaban dari pertanyaan itu namun ia merasa malu
menyatakannya. Setelah semua jawaban
dianggap tidak tepat, Rasulullah mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah
pohon kurma.
Red : Agung Sasongko
Sumber : https://www.republika.co.id/
👍🏻
ReplyDelete