Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad
al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhaj al-Abidin
menjelaskan bahwa ada empat faktor yang merusak hati manusia. Tapi ada empat pilar-pilar
ibadah yang bisa memperbaiki hati manusia. Imam Al-Ghazali menjelaskan, ada
empat prinsip dalam proses perbaikan dan pengobatan hati. “Kami juga menemukan
empat faktor yang terkait dengan proses rusaknya hati itu,” tulis Imam
Al-Ghazali. Keempat faktor itu merupakan
godaan bagi para ahli ibadah dan orang-orang taat. Empat faktor tersebut akan menyusahkan diri
dan menjadi penghalang proses perbaikan hati, karena empat faktor itu semua
mengarahkan hati ke jalan kehancuran. Keempat faktor perusak hati itu yang
pertama, panjangnya angan untuk hidup lama di dunia. Kedua, iri hati. Ketiga,
tergesa-gesa dalam beribadah. Keempat, sombong. Sedangkan empat prinsip yang
menjadi lawannya empat faktor perusak hati itu adalah empat pilar ibadah yang
bisa memperbaiki hati. Pertama, tidak mengharapkan dunia. Kedua, baik kepada
seluruh makhluk Allah SWT. Ketiga, tenang dalam beribadah dan berbagai urusan
lain. Keempat, rendah hati.
Menurut Imam Al-Ghazali, inilah
delapan prinsip yang memperbaiki keadaan hati dan yang merusaknya. Poin
tersebut sangat penting untuk diperhatikan, maka kerahkan tenagamu untuk
menjaga diri dari penyakit-penyakit tersebut. Kemudian, berusahalah untuk
mendapatkan empat pilar ibadah yang bisa memperbaiki hati. "Jika itu
engkau lakukan cukuplah itu sebagai bekal mengarungi dunia dan engkau akan
berhasil mencapai tujuan, Insya Allah." Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali
dalam Kitab Minhaj al-Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan
diterbitkan Khatulistiwa Press 2013. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّ العبدَ إذا أخطأَ خطيئةً نُكِتت في
قلبِهِ نُكْتةٌ سوداءُ، فإذا هوَ نزعَ واستَغفرَ وتابَ سُقِلَ قلبُهُ، وإن عادَ زيدَ
فيها حتَّى تعلوَ قلبَهُ، وَهوَ الرَّانُ الَّذي ذَكَرَ اللَّه كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَككْسِبُونَ
"Seorang hamba apabila melakukan
suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila dia
meninggalkannya dan meminta ampun serta bertobat, hatinya dibersihkan. Apabila
dia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga
menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam
firman-Nya (yang artinya), sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR Tirmidzi).
Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih
Nashrullah
Sumber : https://islamdigest.republika.co.id/
🤓
ReplyDelete