Hidup di era digital menjadi
tantangan tersendiri. Terlebih pada generasi yang tumbuh dengan perkembangan
teknologi itu, generasi milenial dan generasi Z. Banyak yang beranggapan bahwa
generasi milenial dan Z adalah generasi yang mudah rapuh dan rentan terkena
gangguan mental. Padahal, Alfiah Nabilah Masturah, selaku dosen psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) beranggapan jika tantangan itu berkaitan
dengan dunia digital. "Hidup di tengah perkembangan zaman yang serba
modern ini memang penuh tantangan, namun kita tidak bisa langsung menilai bahwa
generasi milenial dan generasi Z adalah generasi yang lemah," ujar Alifah
dalam laman UMM dikutip Kamis (7/12/2023). Menurutnya, setiap generasi memiliki
kesulitannya masing masing. Bagi kaum milenial dan gen Z, hidup dengan kondisi
teknologi yang pesat adalah salah satu tantangannya. Mereka kerap dihadapkan
pada kehidupan yang seolah-olah nyata, padahal hanya dunia maya. Setiap orang
sibuk mengunggah pencapaian dan kesuksesannya di media sosial. Tanpa sadar,
membuat mereka sering membandingkan hidup dengan orang lain.
Dalam sudut pandang psikologis,
Alifah membeberkan jika kondisi ini akan sangat berbahaya. Bukan tidak mungkin
juga mengganggu kesehatan mental. Karenanya, ia mengingatkan bahwa ada beberapa
hal yang memang tidak bisa dikontrol. Tak hanya itu, ia juga mengingatkan jika
setiap orang memiliki kemampuan untuk memberikan batasan atas apa pun. Demi
menjaga kesehatan mental, seseorang berhak menarik diri dan bersikap cuek pada
hal-hal yang memang mengganggu tujuan hidup. "Kalau sudah merasa mental
kita rapuh bahkan mengarah ke stres yang berlebihan, cobalah untuk puasa sosial
media," tambahnya. Puasa sosial media merupakan salah satu terapi
psikologis yang sudah teruji dapat mengembalikan semangat serta kekuatan diri
seseorang. Puasa media sosial termasuk upaya konkrit dalam menjaga kesehatan
mental di tengah perkembangan teknologi. Puasa media sosial adalah praktik
menahan diri dari penggunaan media sosial selama periode tertentu. Ini bisa
berarti berhenti sepenuhnya dari media sosial atau membatasi waktu dan
frekuensi penggunaannya. Tujuan utama dari puasa media sosial adalah untuk
memberikan istirahat kepada pikiran dan jiwa dari eksposur konstan terhadap
platform-platform ini. "Dengan berpuasa medsos, kita akan terbiasa untuk
lebih bersyukur atas apa yang kita miliki, memiliki waktu untuk refleksi diri,
fokus pada orang sekitar yang kita cintai, dan tidak membandingkan hidup dengan
orang lain," tutupnya.
Sumber : https://www.detik.com/edu/
Comments
Post a Comment