Ada kalanya rencana kaum muslim
tertunda karena cuaca, misalnya hujan lebat dan angin kencang. Tertundanya
rencana kadang membuat kesal, hingga keluar celaan kepada cuaca ciptaan Allah
SWT tersebut. Namun, ternyata terdapat larangan mencela hujan dan angin. Hujan
dan angin merupakan tanda kekuasaan yang diperlihatkan Allah SWT kepada setiap
manusia. Hujan dan angin juga merupakan rahmat-Nya, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur'an surah Asy-Syura ayat 28. Allah SWT berfirman,
وَهُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ
الْغَيْثَ مِنْۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوْا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهٗ ۗوَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْد
Artinya : "Dialah yang
menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan (Dia pula yang) menyebarkan rahmat-Nya.
Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji."
Menukil kitab Al Adzkar karya Imam
an-Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha, selain surah Asy-Syura ayat 28,
hujan sebagai berkah juga dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Zaid bin
Khalid RA. Ia berkata, "Rasulullah SAW salat Subuh bersama kami di
Al-Hudaibiyah setelah turun hujan pada malam hari. Setelah salat, beliau
menghadap jemaah dan bersabda, 'Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Tuhan
kalian ?' Mereka menjawab, 'Allah SWT dan utusan-Nya lebih tahu.' Rasulullah
pun bersabda, 'Allah berfirman, di antara hamba-Ku ada yang beriman dan kafir.
Orang yang mengatakan 'Telah turun hujan kepada kami dengan karunia dan rahmat
Allah', demikian itu yang iman kepadaku dan kafir kepada bintang-bintang.
Sedangkan orang-orang yang mengatakan, 'Telah turun hujan kepada kami, hujan
karena rasi bintang ini dan itu', maka dia itu yang kafir kepadaku dan beriman
kepada bintang-bintang'." (HR Bukhari dan Muslim)
Kaum muslim dilarang mencela karunia
dan rahmat Allah SWT. Selain itu, menurut penjelasan dalam al-Hadyu an-Nabawi
fil-Fadhaail wal-Aadaab karya Ahmad Asy-Syaami yang diterjemahkan Abdul Hayyie
Al Kattani dan Mujiburrahman Subadi, Rasulullah SAW melarang kaum muslim
mencela sesuatu tidak pada tempatnya. Beliau bersabda, "Allah SWT
berfirman, 'Anak keturunan Adam menyakiti-Ku karena mereka mencela masa,
padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa, Aku yang
mempergantikan malam dan siang'." (HR Muttafaq'alaih, Bukhari, dan Muslim)
Selain itu, dalam hadits dijelaskan pula larangan mencela angin. Dikutip dari
Shahih Adabul Mufrad karya Imam Bukhari yang diterjemahkan Abu Ahsan, dari
Ubay, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kamu mencela angin. Apabila
kalian melihat angin yang tidak kalian sukai maka berdoalah, 'Ya Allah,
sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan apa yang ada
di dalamnya, serta kebaikan apa yang telah Engkau kirim. Saya berlindung
kepada-Mu dari kejelekan angin ini, serta apa yang ada di dalamnya dan apa yang
telah Engkau kirim'." (HR Bukhari) Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Angin itu termasuk ruh Allah yang dapat
mendatangkan rahmat dan siksa, maka janganlah kamu mencelanya, tetapi mohonlah
kebaikannya kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari
kejahatannya." (HR Bukhari)
Hendaknya kaum muslim mengucap doa
ketika hujan turun. Masih dari kitab Al Adzkar, diriwayatkan dari Aisyah RA,
Rasulullah SAW membaca doa berikut ketika melihat hujan.
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Allaahumma shayyiban naafi'a.
Artinya : "Ya Allah, semoga
menjadi hujan yang manfaat." (HR Bukhari)
Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia
berkata, "Ketika angin berhembus kencang Rasulullah SAW membaca :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرَهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا
وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Allaahumma innii as-aluka khairahaa
wa khaira maa fiihaa wa khairaa maa ursilat bihii wa a'uudzubika min syarihaa
wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bih.
Artinya : "Ya Allah, sungguh aku
memohon kebaikan angin ini, kebaikan apa yang di dalamnya, kebaikan apa yang
dikirimkan bersamanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini,
keburukan di dalamnya dan keburukan dari apa yang dikirim bersamanya." (HR
Muslim) Wallahu a'lam.
Sumber : https://www.detik.com/hikmah
🌧
ReplyDelete