Sikap Syaja'ah dan Cara Menerapkannya dalam Kehidupan

 

Islam merupakan agama yang mendorong setiap umatnya untuk senantiasa memiliki akhlak dan sifat yang terpuji. Salah satu sifat terpuji yang wajib ditanamkan dalam diri adalah sifat syaja'ah. Sifat syaja'ah dapat mendatangkan beragam manfaat bagi kehidupan sebagai muslim. Sifat mulia ini dapat membentuk kita menjadi insan yang lebih berani dan percaya diri. Berdasarkan penjelasan dari buku Aqidah Akhlak Pada Madrasah karya Indra Satia Pohan, syaj'ah secara etimologis berarti berani. Dalam Bahasa Arab, syaj'ah mengacu pada sifat berani dan perwira. Dengan kata lain, seseorang dengan sifat syaj'ah adalah mereka yang dalam jiwanya terdapat keberanian. Mereka tidak gentar menghadapi musibah, pekerjaan berat, dan berbagai tantangan dalam hidup. Dalam konteks ini, berani bukan berarti tidak memiliki rasa takut sama sekali. Berani dalam konteks syaja'ah artinya seseorang dapat melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab dan pertimbangan.

 

Ajaran syaja'ah dalam Islam mengandung nilai kebaikan bagi yang menerapkannya. Sikap syaja'ah dapat menempa seorang mukmin menjadi pribadi yang lebih tangguh, tenang, perkasa, dan mudah memaafkan. Penerapan sikap syaja'ah dalam kehidupan dapat mendatangkan segudang manfaat lain. Dilansir dari tulisan yang dipublikasikan oleh SMK Negeri Tembarak, berikut beberapa keutamaan dari sikap syaja'ah :

Mendapatkan ganjaran pahala yang besar dari Allah SWT.

Seseorang yang mati dalam keadaan berani membela kebenaran di jalan Allah, maka akan dihitung syahid.

Hidup menjadi lebih tentram, tenang, dan sejahtera.

Dijauhkan dari sifat ujub, takabur, ceroboh, dan meremehkan orang lain.

Menumbuhkan rasa taat dan tabah.

Dijauhkan dari rasa lemah dan minder.

 

Setelah mengetahui pengertian dan manfaat syaja'ah, lantas bagaimana cara untuk menerapkan sikap mulia ini dalam kehidupan sehari-hari ? Mengutip dari buku Pendidikan Islam dan Budi Pekerti karya Kementerian Agama, berikut contoh sederhana sikap syaja'ah :

1. Memiliki Jiwa Tegar dalam Menghadapi Kesulitan

Contoh penerapan sikap syaja'ah yang pertama adalah bermental berani dan tegar dalam menghadapi segala bentuk ujian. Sikap seperti ini telah dicontohkan dalam kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dari kisah-kisah tersebut kita dapat melihat bagaimana Rasulullah SAW dan sahabatnya memiliki ketegaran yang luar biasa ketika mendapatkan tekanan dari kaum Quraisy. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang syahid, mengalami penyiksaan, dan rela berhijrah demi mempertahankan iman di jalan Allah SWT.

2. Berani Menyampaikan Kebenaran

Seseorang yang memiliki sikap berani ditandai dengan kemampuannya untuk berkata terus terang dan menyampaikan kebenaran. Terutama, menyuarakan kebenaran di hadapan penguasa yang dzalim. Hal ini pun pernah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini :

 

قُلِ اَلْحَقَّ، وَلَوْ كَانَ مُرًّا

 

Artinya: "Katakan kebenaran itu, meskipun terasa pahit." (HR Imam Baihaqi dalam Syu'abul Iman No. 4737).

 

Namun, perlu diingat bahwa kita juga tetap harus mempertimbangkan kesopanan dan kesantunan tutur kata ketika hendak menyampaikan kebenaran.

3. Mampu Menjaga Rahasia

Belakangan ini, semakin sedikit kalangan orang yang mampu memikul amanah seperti menjaga rahasia. Padahal, memegang rahasia termasuk bagian dari penerapan sikap syaja'ah dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga rahasia memang bukan perkara yang mudah, namun kita harus berupaya untuk menerapkannya jika ingin tergolong sebagai kalangan umat muslim yang bersikap syaj'ah.

4. Berani Mengakui Kesalahan

Beberapa orang seringkali malu mengakui kesalahan karena khawatir akan dikucilkan atau dipandang sinis oleh orang lain. Maka dari itu, mengakui kesalahan merupakan bentuk sikap syaja'ah yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai keberanian besar. Dalam beberapa kasus, mengakui kesalahan justru bisa membawa keuntungan dan ketenangan bagi diri sendiri. Contohnya saja Nabi Adam A.S dan Siti Hawa yang diampuni dosanya oleh Allah SWT setelah bertobat dan mengakui bahwa mereka telah memakan buah khuldi terlarang.

5. Bersikap Objektif pada Diri Sendiri

Kadang kala ada tipikal orang yang melebih-lebihkan kemampuan dirinya. Sebaliknya, ada juga yang sering menganggap remeh kemampuannya sendiri. Kebiasaan menyombongkan ataupun merendahkan diri sendiri dapat dihindari dengan selalu bersikap objektif serta memahami diri sendiri. Selain itu, bersikap objektif dapat membantu kita untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitar.

6. Mengendalikan Amarah

Terakhir, sikap berani dalam konteks syaja'ah ditandai dengan kemampuan untuk melawan hawa nafsu atau amarah. Rasulullah SAW bahkan berkali-kali menegaskan akan pentingnya mengontrol diri saat dilanda rasa marah. Bila sedang emosi atau marah, maka Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk meredakannya dengan cara mengambil wudhu.

 

Sumber : www.detik.com/hikmah  

Comments