Kuliah Umum
Fahruddin Faiz
13/09/2024
Tips Belajar Filsafat Menurut Dr.
Fahruddin Faiz
Bagi sebagian orang, filsafat adalah
hal yang rumit, ribet, dan hanya buang-buang waktu. Rumor-rumor terhadap
filsafat semacam itu memang sudah sejak lama dilontarkan. Karena memang
sebagian orang lebih suka berpola pikir praktis dan sederhana. Namun, tidak ada
salahnya jika akan mencoba belajar filsafat untuk membuktikan rumor tersebut.
Dr. Fahruddin Faiz, memberikan beberapa arahan sebagai pengantar bagi orang
yang hendak terjun di dunia filsafat. Dalam ngaji filsafatnya, beliau
menjadikan filsafat yang dianggap “ilmu langit” itu menjadi hal yang mudah
untuk diterima. Dosen filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga
menguraikan filsafat kepada para pemula dengan uraian yang sederhana dalam buku
yang ditulisnya. Berikut merupakan sikap mental yang menjadi syarat bagi
seseorang yang hendak terjun ke dunia filsafat:
Jangan Mudah Percaya dan Jangan
Membunuh Rasa Ingin Tahu
Syarat pertama adalah harus memiliki
rasa ingin tahu yang besar. Kalau kita menyadarinya, tidak ada sesuatu hal pun
di dunia ini yang tidak menakjubkan dan tidak menantang untuk ditanyakan. Rasa
ingin tahu juga bisa digali dari berbagai keraguan dan segala yang menurut kita
sudah diketahui, tetapi belum meyakinkan. Berusahalah untuk Menampilkan
Alternatif Jawaban sebanyak Mungkin dan Ujilah Alternatif-alternatif Tersebut
Tidak berhenti hanya sekedar ingin tahu dan bertanya, tetapi kita juga harus
berupaya untuk menampilkan dan mencoba mencari jawaban sendiri dari
pertanyaan-pertanyaan kita. Dengan memiliki pandangan dan ide sendiri, meskipun
itu ada pengaruh dari tokoh filsafat tertentu, tetap saja pandangan tersebut
murni miliki kita. Karena kita melakukan dan menentukan pilihan berdasarkan
kajian yang mendalam yang kita lakukan sendiri.
Berusahalah untuk Bersikap Obyektif
Yang dimaksud obyektif di sini adalah
sebuah tuntutan agar melakukan refleksi atau kajian terhadap tema tertentu.
Hendaknya sejak awal mendedikasikan refleksi dan kajian itu demi kebenaran
semata, hanya untuk mengetahui yang benar itu seperti apa. Dengan sikap
“obyektif” ini berarti kita memasrahkan sepenuhnya urusan eksplorasi itu kepada
perangkat intelektual kita agar bekerja secara maksimal, tanpa harus
diintervensi oleh berbagai ambisi pribadi atau keinginan sementara.
Berpikiran Terbuka dan Tidak
Memutlakkan Pandangan
Kita harus senantiasa membuka diri
untuk temuan-temuan baru, kebenaran-kebenaran yang baru. Implikasinya, dia
harus mau sewaktu-waktu merevisi pandangannya yang lama ketika ada pandangan
baru yang setelah dikaji secara mendalam ternyata pandangan baru tersebut
“lebih benar”.
Bersedia untuk Menahan Diri Tidak
Memutuskan Sesuatu Sebelum Jelas Benar Duduk Persoalannya dan Sebelum Memiliki
Argumen yang Kuat
Seorang filosof tidak akan
terburu-buru mengambil kesimpulan atau memutuskan sesuatu sebelum ia memiliki
pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan disimpulkannya. Ia akan bersabar
dalam proses mencari dan menemukan bukti serta argumen yang sesuai dan layak
dijadikan sandaran untuk memutuskan sesuatu.
Jangan Lupa untuk Memprediksi
Berbagai Akibat dari Hasil Pemikiran atau Keputusan
Karena filsafat pada dasarnya adalah
“cinta kebijaksanaan”, maka selayaknya apapun yang nantinya akan diputuskan
juga diputuskan dalam kerangka kebijaksanaan. Pertimbangan kepada dampak ini
harus dilakukan karena betapapun filsafat tidak bisa melepaskan diri dari
realitas di mana filsafat tersebut berada.
Sumber : https://satuguru.id/
Comments
Post a Comment