Mengapa Wakil Rakyat Di Indonesia Tidak Punya Empati ?

 

Pertanyaan tentang "mengapa wakil rakyat di Indonesia tidak punya empati?" adalah refleksi dari kekecewaan yang cukup sering dirasakan oleh masyarakat terhadap perilaku sebagian anggota legislatif. Namun, penting juga untuk kita telaah lebih dalam secara adil dan rasional.

1. Tidak Semua Wakil Rakyat Tidak Berempati : perlu ditekankan bahwa tidak semua wakil rakyat di Indonesia tidak punya empati. Ada juga yang benar-benar bekerja untuk rakyat, turun ke lapangan, menyuarakan kepentingan masyarakat kecil, dan memperjuangkan kebijakan yang adil. Namun, yang sering mendapat sorotan media adalah mereka yang : terlibat kasus korupsi, membuat pernyataan yang tidak sensitif, terlihat tidak memahami penderitaan rakyat,  mengesahkan kebijakan yang kontroversial, pamer kekayaan saat rakyat sedang kesulitan ekonomi dan lain-lain

2. Mengapa Mereka Terlihat Tidak Punya Empati ? Beberapa penyebab yang sering dikemukakan:

a. Kualitas dan Integritas Calon : banyak calon legislatif terpilih karena popularitas (contoh : artis atau selebriti)  atau uang (contoh : orang kaya atau pengusaha), bukan karena kapasitas atau rekam jejak pengabdian. Proses seleksi partai politik juga kadang lebih mementingkan elektabilitas daripada integritas.

b. Jarak Sosial dan Ekonomi : setelah terpilih, sebagian anggota legislatif hidup dalam kenyamanan yang jauh dari realitas rakyat biasa. Hal ini menciptakan jarak sosial yang membuat mereka sulit merasakan penderitaan rakyat.

c. Budaya Politik Transaksional : empati sering dikalahkan oleh kepentingan politik dan ekonomi. Dalam budaya politik yang transaksional, keputusan diambil bukan berdasarkan kebutuhan rakyat, tapi atas dasar kepentingan elite atau kelompok tertentu.

d. Kurangnya Akuntabilitas : banyak wakil rakyat tidak merasa perlu bertanggung jawab kepada pemilih karena lemahnya sistem pengawasan dan partisipasi publik setelah pemilu. Masyarakat pun kadang tidak cukup menuntut akuntabilitas secara konsisten.

3. Apa yang Bisa Dilakukan ?

Kritis dan Aktif : masyarakat harus terus mengawasi, mengkritik, dan menuntut pertanggungjawaban wakilnya (contoh : mahasiswa bisa melakukan demonstrasi dengan tertib untuk menyuarakan tuntutan rakyat).

Cerdas Memilih : pemilu adalah kesempatan penting untuk memilih wakil yang benar-benar layak (contoh : jangan memilih hanya karena kepopuleran seorang calon).

Dorong Reformasi Politik : perbaikan sistem partai dan rekrutmen politik bisa memperbaiki kualitas wakil rakyat di masa depan (contoh : jangan memilih calon dengan rekam jejak bermasalah).

Dukung yang Calon yang Baik : jangan hanya mengecam yang buruk, tapi juga beri dukungan pada anggota legislatif yang bekerja dengan integritas (contoh : perhatikan latar belakang sosial atau pendidikan serta prestasi calon).

 

Semangat !

 

Foto : https://www.tempo.co/ 

Comments