Menjaga
kesehatan mental bagi mahasiswa adalah hal yang sangat penting, namun
seringkali terabaikan karena tuntutan akademik dan kehidupan sosial yang padat.
Berikut adalah beberapa strategi komprehensif yang dapat membantu mahasiswa
menjaga kesehatan mentalnya, dibagi dalam beberapa kategori :
1.
Membangun Rutinitas dan Gaya Hidup Sehat
Kesehatan
mental sangat terkait dengan kesehatan fisik.
* Tidur
yang Cukup dan Berkualitas: Ini adalah fondasinya. Kurang tidur
memperparah stres, kecemasan, dan sulit berkonsentrasi. Usahakan 7-9 jam per
hari. Hindari *begadang* yang tidak perlu dan kurangi screen time sebelum
tidur.
* Makan
Bergizi: Otak butuh nutrisi yang tepat. Kurangi junk
food, gula berlebih, dan kafein. Perbanyak buah, sayur, protein, dan air putih.
Makan teratur juga membantu menstabilkan energi dan mood.
* Olahraga
Teratur: Tidak perlu yang intens. Jalan kaki 30 menit,
lari, bersepeda, atau yoga dapat melepaskan endorfin (hormon perasaan baik) dan
mengurangi hormon stres (kortisol).
* Jaga
Kebersihan Diri dan Lingkungan: Kamar yang berantakan bisa mencerminkan dan
memperburuk pikiran yang kacau. Mandi teratur dan merapikan tempat tidur bisa
memberikan rasa pencapaian dan kendali.
2.
Mengelola Stres Akademik dengan Bijak
Tuntutan
kuliah adalah sumber stres utama. Kelola dengan strategi, bukan dihindari.
* Time
Management: Gunakan *planner*, kalender digital, atau
aplikasi (seperti Google Calendar, Notion) untuk mengatur jadwal kuliah, tugas,
dan deadline. Pecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dikelola.
* Hindari
Prokrastinasi: Menunda-nunda hanya akan meningkatkan tekanan
di menit-menit terakhir. Teknik Pomodoro (belajar 25 menit, istirahat 5 menit) sangat
efektif untuk memulai tugas.
* Belajar
untuk Berkata "Tidak": Anda tidak harus mengikuti setiap acara sosial
atau menerima setiap tugas tambahan jika jadwal sudah penuh. Prioritaskan
kesejahteraan diri sendiri.
* Jangan
Takut Gagal: Kegagalan (misalnya nilai jelek) adalah bagian
dari proses belajar. Lihat sebagai feedback untuk perbaikan, bukan sebagai
akhir dari segalanya.
3.
Membangun Sistem Dukungan Sosial
* Jaga
Komunikasi dengan Keluarga: Ceritakan keluh kesah kepada orang tua atau
saudara. Mereka adalah support system utama.
* Berteman
dengan Selektif: Cari teman yang saling mendukung, bukan yang
saling menjatuhkan atau toxic. Quality over quantity.
* Jangan
Mengisolasi Diri: Meski sibuk, luangkan waktu untuk
bersosialisasi secara offline. Ngobrol, makan bersama, atau sekadar nonton film
dengan teman bisa sangat melegakan.
* Bergabung
dengan Komunitas: Ikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) atau
komunitas sesuai minat (olahraga, musik, seni, volunteering). Ini cara bagus
untuk bertemu orang baru dengan hobi yang sama.
4.
Melatih Pola Pikir dan Kesadaran Diri (Mindfulness)
Cara
Anda memandang sesuatu sangat mempengaruhi mental health.
* Self-Compassion
(Bersikap Baik pada Diri Sendiri): Perlakukan diri sendiri seperti Anda
memperlakukan teman baik yang sedang berjuang. Jangan terlalu self-critical.
* Practice
Gratitude: Setiap hari, coba tulis atau pikirkan 3 hal
yang Anda syukuri. Hal sederhana seperti cuaca cerah atau makanan enak bisa
meningkatkan mood.
* Mindfulness
dan Meditasi: Aplikasi seperti Nirvana
atau Headspace
menyediakan meditasi panduan
singkat yang cocok untuk pemula. Ini membantu menenangkan pikiran yang
overthinking.
* Batasi
Penggunaan Media Sosial: Ingat, yang ditampilkan di media sosial adalah
highlight reel kehidupan orang lain. Terlalu sering membandingkan diri dengan
orang lain di media sosial dapat memicu kecemasan dan rasa tidak percaya diri.
5.
Mencari Pertolongan Profesional Saat Diperlukan
Ini
bukan tanda kelemahan, tapi tanda kekuatan dan kepedulian pada diri sendiri.
* Manfaatkan
Layanan Konseling Kampus (Psychological Center): Hampir
semua universitas memiliki layanan konseling gratis atau berbiaya rendah untuk
mahasiswa. Konselor atau psikolog di kampus terlatih menangani masalah yang
dialami mahasiswa.
* Kenali
Gejala Masalah Mental: Jika Anda mengalami gejala yang mengganggu
kehidupan sehari-hari untuk waktu yang lama, seperti : perasaan sedih atau
cemas yang terus-menerus, tidak bisa tidur atau tidur berlebihan, perubahan
nafsu makan yang drastis, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, kesulitan
berkonsentrasi parah, pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dan
segera cari bantuan profesional (psikolog atau psikiater).
Kesimpulan:
Menjaga kesehatan mental adalah proses berkelanjutan, bukan tujuan akhir. Coba terapkan beberapa strategi di atas sedikit demi sedikit, temukan apa yang paling cocok untuk Anda, dan yang terpenting, bersikaplah baik kepada diri sendiri . Masa-masa kuliah memang menantang, tetapi dengan tools yang tepat, Anda bisa melewatinya dengan lebih resilien dan bahagia. Dalam proses perkuliahan dosen memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengalaman kuliah mahasiswa, dengan empati, fleksibilitas, kewaspadaan, dan pengetahuan tentang jalur referensi, dosen dapat secara dramatis mengurangi stigma seputar kesehatan mental dan menciptakan lingkungan di mana mahasiswa merasa didukung untuk tumbuh secara akademis maupun personal. Tindakan kecil seperti menanyakan kabar atau memberikan kelonggaran deadline dapat membuat perbedaan besar bagi seorang mahasiswa yang sedang berjuang.
🤯
ReplyDelete