Kitab
suci Alquran menjelaskan bahwa semua ibadah, hidup dan mati seorang hamba hanya
untuk Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-An'am Ayat 162.
قُلْ
اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakanlah
(Muhammad), "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (QS Al-An'am: 162)
Tafsir
Kementerian Agama menerangkan, dalam ayat ini Nabi Muhammad diperintahkan agar
mengatakan bahwa sesungguhnya sholatnya, ibadahnya, serta semua pekerjaan yang
dilakukannya, hidup dan matinya adalah semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta
alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadanya. Rasul
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah dalam mengikuti
dan mematuhi semua perintah dan larangan-Nya. Dua ayat ini mengandung ajaran
Allah kepada Muhammad, yang harus disampaikan kepada umatnya, bagaimana
seharusnya hidup dan kehidupan seorang Muslim di dalam dunia ini. Semua
pekerjaan sholat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh
hati karena Allah, ikhlas tanpa pamrih. Seorang Muslim harus yakin kepada
kodrat dan iradat Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah-lah yang
menentukan hidup mati seseorang.
Oleh
karena itu seorang Muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah
dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar
ma'ruf nahi munkar. Ayat ini selalu dibaca dalam sholat sesudah takbiratul
ihram sebagai doa iftitah. Dalam ayat ini terdapat perintah kepada Nabi
Muhammad agar mengatakan kepada kaumnya, bahwa mengapa ia akan mencari Allah
yang lain dengan mempersekutukan-Nya dalam ibadah, berdoa untuk keperluan
hidupnya agar Dia menolongnya atau melindunginya dari kesusahan dan bahaya ?
Maha Suci Allah dari persekutuan itu. Dialah Tuhan bagi segala sesuatu, Dialah
yang menciptakan semesta alam. Selanjutnya pada ayat ini diterangkan, bahwa
semua perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkannya sendiri, dan orang yang
berbuat dosa akan menanggung sendiri dosanya itu, karena dosa seseorang tidak
akan dipikul oleh orang lain. Masing-masing menerima pahala amal baiknya dan
memikul dosa amal buruknya. Ayat ini cukup memberi petunjuk dan jalan hidup
yang bermutu tinggi dan praktis, karena di samping harus beramal dan bekerja,
harus pula diperhitungkan dengan cermat dan teliti setiap amal perbuatan yang
dikerjakannya. Sebab amal pekerjaan atau perbuatan itu sangat besar pengaruhnya
dalam membawa nasib keberuntungan dan keruntuhan seseorang, baik di dunia
maupun di akhirat. Di akhirat, perselisihan manusia dalam beragama akan
diselesaikan.
Sumber : https://iqra.republika.co.id/

😇
ReplyDelete