Siapa Guru Karakter Terbaik ?
Mukmin yang berakhlak baik.
Rasulullah SAW bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
mukmin yang paling baik akhlaknya" (HR Abu Hurairah). Al-Ghazali dalam
kitabnya, Ihyaa' `Uluumuddiin,
mendefinisikan akhlak sebagai "sifat-sifat yang telah tertanam dalam jiwa,
yang darinya timbul perbuatan-perbuatan atau perilaku dengan mudah, tanpa
memerlukan terlebih dahulu pertimbangan pikiran". Perilaku yang menjadi
kebiasaan adalah wujud akhlak yang zahir, sedangkan perilaku yang membentuk
karakter adalah wujud akhlak yang batin.
Tanpa karakter atau
akhlak, peradaban suatu bangsa akan rusak dan merusakkan. Bangsa Arab di zaman
Jahiliyah mencerminkan potret bangsa tanpa karakter. Perjudian, perbudakan,
perzinaan, budaya mabuk-mabukan sangat merajalela. Revolusi karakter terjadi di
bangsa Arab lewat ikhtiar memperbaiki, mengubah dan membangun akhlakul karimah
di tengah-tengah masyarakat. Dengan akhlaknya yang agung (QS al-Qalam: 4),
Rasulullah SAW tampil sebagai pendidik karakter yang mengubah wajah bangsa Arab
yang Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban. Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya aku diutus Allah ke dunia, tiada lain untuk me ngubah dan
membangun masyarakat dengan akhlak yang mulia." (HR Ahmad).
Kini, perilaku
Jahiliyah terjadi di Indonesia. Tiada hari tanpa kabar kekerasan dan
pembunuhan, pemerkosaan, perzinaan, penipuan, pelanggaran hukum, korupsi dan
perilaku menyimpang lainnya. Institusi pendidikan kerap melahirkan orang
terpelajar, tapi lemah budi pekerti. Orang cerdas, orang kaya, yang punya
jabatan dan kekuasaan, banyak tidak tampak karakternya. Semakin cerdas, semakin
kaya, semakin tinggi kedudukan, ternyata berpotensi semakin mematikan karakter.
Itulah persoalan kita. Mengajarkan karakter itu mudah karena hanya menyampaikan
pengetahuan. Namun, mendidik karakter dan berperilaku baik, itulah yang
tersulit. Karakter hanya bisa di ajarkan oleh pendidik, bukan pengajar.
Pendidik karakter terbaik adalah orang bertakwa.
Orang bertakwa
memiliki kesadaran moral dan keimanan yang mantap. Hal tersebut tercermin dalam
perilakunya yang mulia dan memberikan manfaat kepada orang lain. Ciri-ciri pendidik
karakter itu adalah :
Jujur hatinya dan benar
ucapannya (QS al-Baqarah: 177) : “ Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa ”.
Orang yang bisa mengemban amanah
dan menepati janji (QS al-Mu'minun: 8) : “ Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya “.
Bersikap istiqamah dalam
kesabaran (QS Yusuf: 90) : “ Mereka berkata: "Apakah kamu
ini benar-benar Yusuf ?." Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini
saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami."
Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" “.
Mampu menaklukkan hawa nafsu dan
berjiwa pemaaf (QS Ali Imran: 134) : “ (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. “
Sosok yang mudah dinasihati dan
cepat sadar kalau berbuat keliru (QS Ali Imran: 135) : “Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. “
Sumber : Asep Sapat, www.republika.co.id
Photo : Mesjid Agung Mataram, Lombok - Februari 2013
Comments
Post a Comment