Mati
adalah sesuatu yang pasti akan dialami manusia, juga makhluk hidup lainnya.
Namun, tidak ada yang tahu kapan ia akan datang. Manusia dianjurkan untuk
sering mengingat mati agar hidupnya lebih bermakna, diisi dengan amal saleh dan
menjauhi amal salah. Dalam hadis, Rasulullah SAW berpesan kepada para
sahabatnya, "Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala
kelezatan dunia, yaitu mati." (HR at-Tirmidzi, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah).
Ketika sudah waktunya, kematian itu akan menjemput siapa pun, tanpa ada yang
mampu memundurkan atau mempercepatnya. "Katakanlah (wahai Muhammad),
kematian yang kalian takuti itu pasti akan datang menemui kalian. Kemudian
kalian akan dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha mengetahui hal-hal gaib dan
nyata. Lalu Dia akan memberitahukan segala apa yang telah kalian lakukan di
dunia." (QS al-Jumu'ah [62]: 8). Karena itulah, manusia dituntut untuk
mempersiapkan diri dan bekal setelah mati. Nabi SAW bahkan menyebut orang yang
demikian sebagai orang cerdas. "Orang cerdas adalah orang yang mampu
mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati." (HR
at-Tirmidzi).
Dalam
hadis lain, Rasulullah SAW ditanya salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar
menemuinya, "Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan paling
mulia?" Beliau menjawab, "Orang yang paling banyak dalam mengingat
mati dan paling siap menghadapinya. Merekalah orang paling cerdas. Mereka pergi
dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat." (HR
at-Tirmidzi). Orang yang mengingat mati sejatinya sadar bahwa apa pun tidak ada
artinya jika tidak digunakan untuk hal-hal positif yang menjadi bekalnya nanti.
Ada banyak manfaat dari mengingat mati, di antaranya melembutkan hati. Suatu
ketika, seorang wanita mengeluhkan hatinya yang keras. Aisyah menyarankan,
"Perbanyaklah mengingat mati, niscaya hatimu menjadi lembut."
Beberapa hari kemudian, wanita itu menemui Aisyah lagi dan berterima kasih
karena ia merasa hatinya telah menjadi lembut berkat saran Aisyah sebelumnya. Mengingat
mati juga membuat seseorang hidup qanaah (merasa cukup dengan pemberian Allah).
Ia akan memandang merasa ringan, meskipun hidupnya susah. Karena ia tahu bahwa
kesusahan di dunia tidaklah lebih hebat dari kematian. Ka'ab bin Malik, salah
seorang sahabat Nabi SAW, berkata, "Siapa yang mengetahui hakikat
kematian, pasti segala penderitaan dan kesusahan dunia menjadi ringan."
Dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, Syamith bin 'Ajlan berkata, "Siapa
yang menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan sempit
atau luasnya dunia."
Ali
bin Abi Thalib RA pernah mengatakan, "Sesungguhnya kematian terus
mendekati kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian
anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya
hari ini, di dunia ini, adalah beramal dan tidak ada hisab, sementara esok di
akhriat adalah hisab dan tidak lagi bisa beramal." Imam al-Qurthubi dalam
kitab at-Tadzkirah mengutip ucapan ad-Daqaq tentang keutamaan orang yang banyak
mengingat mati; pertama, membuat seseorang segera bertobat; kedua, membuat hati
seseorang menjadi qanaah; ketiga, membuat seseorang bersemangat dalam melakukan
amal ibadah. Adapun orang yang tidak mengingat mati, ia akan menunda-nunda
tobat, tidak ridha dengan ketentuan Allah, dan bermalas-malasan dalam beramal
ibadah. Mengingat mati tidaklah membuat orang menjadi malas beraktivitas,
justru akan bersemangat dan memaknai kehidupan dengan baik. Orang yang sering
mengingat mati akan selalu mendekat kepada Allah, menjauhi segala keburukan,
dan selalu beramal saleh. Sebab, ia sadar dengan itulah ia sejatinya tengah
mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat yang abadi. Dunia hanya sementara,
sementara akhirat adalah abadi. Betapa rugi orang yang lebih memilih dunia
daripada akhirat. Wallahu a'lam.
Sumber :
Nur Farida http://khazanah.republika.co.id
Comments
Post a Comment