Photo : Islamidia.com |
Pakaiannya
lusuh. Tidak ada senyum. Mendung kefakiran menggelayut kuat di wajahnya. Kaki
menyaruk gontai. Dengan sedih, ia pun bertanya di majelis seorang ahli
hikmah."Mengapa aku seperti ini; menjadi orang yang sangat miskin dan
selalu mengalami kesulitan hidup?" Sang Guru Bijak pun menjawab,
"Karena engkau tidak pernah berusaha untuk memberi pada orang lain."
"Bagaimana aku memberi, wahai Tuan Guru, sementara tidak ada sesuatu pun
yang bisa aku beri?" jawab si miskin. Dengan senyum mendamaikan, sang ahli
hikmah ini menuturkan nasihatnya, "Sebenarnya engkau masih punya banyak
untuk engkau beri pada orang lain." "Apakah itu, wahai Tuan
Guru?" "Pertama, dengan lisan yang engkau punya, engkau bisa berikan
senyuman dan pujian. Kedua, dengan mata yang engkau punya, engkau bisa
memberikan tatapan yang lembut penuh rahmat. Ketiga, dengan telinga yang engkau
punya, engkau bisa memberikan perhatian untuk mendengar keluhan orang-orang di
sekitarmu."
"Berikutnya,
keempat, dengan wajah yang engkau punya, engkau bisa memberikan keramahan dan
kesantunan yang bersahabat. Dan kelima, dengan tangan yang engkau punya, engkau
bisa memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain yang
membutuhkan." "Jadi," lanjut sang Guru Bijak, "sesungguhnya
engkau bukanlah miskin, hanya saja tidak pernah mau memberi pada orang lain.
Itulah yang menyebabkan orang lain juga tidak pernah mau memberikan apa pun
pada dirimu." "Engkau akan terus seperti ini jika engkau tidak mau
memberi dan berbagi pada orang lain. Pulanglah dan berbagilah pada orang lain
dari apa yang masih engkau punya agar orang lain juga mau berbagi
denganmu," ujar sang Guru. Ikhwatal iman, memberi tidak ditentukan oleh
seberapa besar atau kecil, tetapi berdasarkan kebutuhan. Ada yang butuh
didengarkan. Ada yang butuh dikuatkan. Ada yang butuh diperhatikan. Ada yang
butuh disemangati. Ada yang butuh diberi pengharapan.
Karena
itu, selalu lakukanlah yang terbaik. May yazra'yahshud, apa yang kita tanam
sekarang akan kita ketam pada kemudian hari. Ketika kita menanam padi, mungkin
rumput ikut tumbuh.Namun, ketika kita menanam rumput, tidak mungkin padi ikut
tumbuh. Jadi, saat kita melakukan kebaikan, mungkin hal buruk akan ikut
mengiringi. Namun, ketika kita melakukan keburukan, tidak akan mungkin muncul
kebaikan. Mari tetaplah berbuat baik sekecil apa pun bentuk kebaikan itu. Meski
yang kita bisa sekedar doa, menyungging senyum, dan menyapa ringan penuh sopan
dan santun.Wallahu A'lam.
Sumber
: WWW. Republika.Co.Id Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Comments
Post a Comment