Pelajar
memiliki semangat untuk membaca buku, menghafal dan memahami kaidah, perkataan
ulama, hadis, dan ayat Alquran.Semua kegiatan tersebut dilaksanakan rutin
setiap hari. Semakin hari semakin banyak buku yang dibaca. Setiap hari, para
pelajar mendengarkan penjelasan guru, membaca tanda- tanda perubahan alam,
meneliti dinamika sosial, dan banyak lagi. Namun, ada saja pelajar yang kurang
dipahami, meski guru sudah menerangkan pelajaran dengan detail. Meski si murid
berkali-kali membaca dan mencoba menghafalkan ayat Alquran, ayat-ayat Ilahi tak
juga tersimpan dalam memorinya. Ada apa ?
Syekh
Azzarnuji dalam kitab Ta'limul Muta'allim menuliskan syair. Isinya tentang
kisah alim rujukan fikih Imam Syafi'i. Suatu ketika dia mengeluh kepada salah
seorang gurunya, Imam Waqi'tentang buruknya hafalan dan pemahaman pelajaran.
Apa kata sang guru ? "Fa arsyadani ila tarkil ma'ashi”, tulis Zarnuji
dalam syair. Artinya, sang guru menasihati Syafi'i untuk meninggalkan maksiat. Maksiat
dalam menuntut ilmu berkaitan dengan perilaku sosial yang merugikan orang lain.
Terkadang hal itu tak sengaja dilakukan atau memang sengaja dengan niatan,
bahkan direncanakan. Contohnya adalah mengambil barang orang lain : memakai
sandal teman tanpa izin, sehingga merasa dirugikan. Ada juga yang mencuri
pakaian atau buah- buahan milik sekolah atau pesantren.
Maksiat
dalam belajar juga termasuk menggunjingkan guru, bahkan menjelek-jelekkannya.
Hal satu ini harus menjadi sorotan. Jika ini yang terjadi, maka murid sudah
memendam kebencian terhadap sang guru. Bagaimana mungkin murid tersebut
menyerap pengetahuan yang disampaikan gurunya ? Meski pun guru sudah
menerangkan dengan berbagai cara, murid yang penuh kebencian tadi pasti tak
akan menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Hatinya tertutup. Ego si murid
meninggi, bahkan, nauzubillah, dia merasa lebih hebat dari sang guru. Kalau mau
mudah belajar, sifat-sifat tercela itu harus ditinggalkan. Meski sudah ada
sedikit pengetahuan, misalkan, tentang sosiologi, seseorang tetap harus
mendengarkan penjelasan guru atau dosen yang mengajarkan bidang itu.
Jika
orang sombong dengan kemampuan yang dimiliki, maka sifat yang hanya layak untuk
Allah itu akan mengikis ilmu dan keberadaannya. Lambat laun orang tersebut akan
tenggelam dan tak dianggap keberadaannya. Terima dan pahami apa yang dijelaskan
sebaik mungkin. Ibaratkan diri seperti gelas kosong, sehingga ketika dituangkan
air akan menampungnya. Penjelasan guru akan diserap sebagai nutrisi hati yang
mencerahkan dan menenangkan. Syair itu berlanjut dengan pemberitahuan kepada
Imam Syafi'i, bahwa ilmu adalah cahaya yang menerangi seluruh relung hati. Dia
menjadi energi yang menggerakkan organ tubuh berbuat kebaikan.
Wa
nurullah la yuhda lil `ashi. Allah tidak akan memberikan ilmunya kepada ahli
maksiat. Dosa yang mengotori diri menjauhkan ilmu. Semakin banyak dosa menempel
di hati, semakin jauh diri dari cahaya Ilahi. Syekh Azzarnuji dalam kitabnya
menasihati para penuntut ilmu untuk menjaga diri. Akhlak harus betul-betul
dijaga. Adab dalam menuntut ilmu harus diperhatikan: bagaimana berperilaku
kepada sesama teman, ustaz, dan masyarakat. Sikap saling menghormati adalah
salah satu kunci kesuksesan menuntut ilmu. Guru sebagai pengajar harus
membimbing muridnya kepada kebaikan. Dan murid wajib menghormati gurunya
sebagai bentuk kecintaan kepada ilmu pengetahuan (syu'batul ustaz).
Menuntut
ilmu juga membutuhkan proses. Memahami fikih misalkan, tak bisa dilakukan dalam
waktu satu malam. Butuh waktu untuk mendalami gagasan ilmu tersebut sebagaimana
dikembangkan para ulama. Butuh analisis juga bagaimana praktik fikih di
sejumlah tempat. Ada kesabaran dan konsistensi yang dibutuhkan dalam menuntut
ilmu. Tanpa itu, pencari ilmu akan setengah hati menjalankan kewajibannya. Dia
tidak memahami ilmu yang didapat secara komprehensif dan rawan salah memahami
permasalahan. Akhlak kepada Sang Pencipta juga tak boleh dilupakan. Setelah
berusaha sekuat tenaga dalam bentuk belajar:membaca buku dan mendengarkan
nasihat guru, seorang murid harus bermunajat, memohon kepada al-`Alim agar
diberikan ilmu dan pemahaman. Doa adalah bagian yang tak terpisahkan dari
menuntut ilmu. Selain melaksanakan ibadah wajib, murid juga perlu mengamalkan
yang sunnah sehingga hatinya tak pernah sepi dari menyebut nama Allah. Pada
akhirnya, Allah yang menentukan hasil usaha. Murid akan mendapatkan ilmu. Bekal
kehidupan itu akan disebarluaskan ke banyak orang, sehingga memperbaiki keadaan
: mengangkat derajat kehidupan, menyejahterakan masyarakat, dan menciptakan
rasa keadilan.
Sumber
WWW.Republika.Co.Id
Oleh
: Erdy Nasrul
Comments
Post a Comment