Hari Guru Nasional 25 November |
Tak
diragukan lagi, peran dan posisi guru sangat memengaruhi pandangan dan perilaku
anak-anak. Bahkan, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita agar memilih teman
dekat yang baik dan teman duduk yang saleh, terlebih lagi dalam memilih guru. Rasulullah
SAW bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti tuntunan teman dekatnya. Oleh
karena itu, hendaknya seseorang diantara kalian memerhatikan dengan jeli siapa
yang bakal menjadi teman dekatnya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, & Ahmad). Muhammad
bin Sirin mengatakan, “Sesungguhnya ilmu adalah tuntunan. Oleh karena itu,
perhatikanlah siapakah orang yang bakal kalian ambil tuntunannya.” Tegasnya,
dianjurkan bagi orang tua memilihkan buat anaknya para guru pilihan. Siapa guru
pilihan tersebut ? Pertama, guru yang paling baik akhlaknya. Berkata sahabat
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Orang mukmin yang sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya." (HR Tirmidzi).
Kedua,
guru yang berakal dan menggunakan akalnya dalam mengajar dan mendidik anak.
Buya Hamka menyebutkan sembilan tanda orang berakal, yaitu : luas pandangannya
kepada sesuatu yang menyakiti atau yang menyenangkan, selalu menaksir harga
dirinya, senantiasa berbantah dengan dirinya, selalu mengingat kekurangannya,
tidak berduka ketika cita-citanya di dunia tidak diraih, enggan menjauhi orang
yang berakal pula, tidak memandang remeh suatu kesalahan, tidak bersedih hati,
dan orang berakal hidup bukan untuk dirinya semata melainkan untuk manusia lain
dan seluruh kehidupan. Ketiga, guru yang ahli dalam mengajar dan mendidik. Nabi
Muhammad SAW berkata, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah saat
kehancurannya.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakan amanah itu, ya
Rasulullah ?” Rasulullah SAW menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan
pada ahlinya.” (HR Bukhari).
Sebagai
pengajar, guru harusnya sangat ahli dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran. Guru sangat menguasai ilmu yang dia punya serta
terampil menggunakan beragam strategi dan media pembelajaran yang bisa
memudahkan anak-anak untuk memahami materi pelajaran. Evaluasi digunakan bukan
untuk menghakimi, tetapi menemukenali kelemahan dan kekuatan cara belajar anak.
Sebagai pendidik, guru mengedepankan keteladanan dan sikap lemah lembut dalam
mendidik anak-anak (QS. Ali-Imran: 159). Keempat, guru yang berwibawa. Tak ada
guru yang berwibawa dengan sendirinya. Ada proses belajar yang harus dilakukan
guru agar bisa memiliki karisma dan wibawa di mata anak-anak. Jika hendak
menjadi guru berwibawa, kita bisa belajar dari sosok Rasulullah SAW. “Kewibawaan
Nabi SAW ditandai dengan banyak diam. Beliau tidak berbicara jika tidak perlu.
Berpaling jika orang berbicara yang tidak baik. Tawanya sebatas senyuman. Jika
senyumnya lebar beliau menutup mulutnya. Bicara secukupnya, tak kurang, tak
lebih.” (HR Ahmad). Jika Nabi SAW diam, itu karena empat hal, yaitu : merenung,
bersikap hati-hati, mempertimbangkan sesuatu, atau berpikir. Bicaranya tidak
sama dengan bicara orang kebanyakan. Kata Aisyah, “Jika pembicaraan Rasulullah
dihitung, pasti bisa dihitung, saking pelannya dan saking jelasnya sehingga
mudah dipahami." (HR Bukhari). Wallahu a’lam bishawab.
Sumber
: Republika.Co.Id, Oleh: Asep Sapa’at
Comments
Post a Comment