https://albasairislamicmedia.files.wordpress.com |
Suatu
hari, Rasulullah SAW didatangi seorang perempuan yang bernama Sa’idah binti
Jazi. Ia membawa anaknya yang baru berumur satu setengah tahun. Rasul kemudian
memangku anak tersebut. Tiba-tiba, si anak kencing (mengompol) di pangkuan
Rasulullah SAW. Spontan, sang ibu menarik anaknya dengan kasar. Seketika itu
juga, Rasulullah SAW menasihatinya. “Dengan satu gayung air, bajuku yang
terkena najis karena kencing anakmu bisa dibersihkan. Akan tetapi, luka hati
anakmu karena renggutanmu dari pangkuanku tidak bisa di obati dengan
bergayung-gayung air,” ujar Rasul. Kisah tersebut memberikan pelajaran (ibrah)
berharga kepada kita, para orang tua, dan pendidik bahwa Rasulullah SAW secara
tegas melarang melakukan pendekatan dengan kekerasan dalam mendidik anak. Dalam
sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kamu bersikap lemah lembut,
kasih sayang, dan hindarilah sikap ke ras dan keji.” (HR Bukhari). Rasulullah
juga telah mencontoh kan sikap lemah lembut dalam memperlakukan (mendidik)
anak-anak. Sebab, bagi seorang anak, kelembutan dan kasih sayang orang tua (dan
guru) merupakan sumber kekuatan yang bisa menggugah perasaannya. Kehangatan
yang diberikan akan melahirkan ketenangan, kepercayaan, juga hubungan batin
yang kuat antara seorang anak dan orang tuanya atau bahkan gurunya.
Dari
As-Saib ibnu Zaid ketika dia masih anak-anak, ia mengatakan, “Aku melihat
Rasulullah SAW, aku dan beberapa orang anak lainnya yang sebaya denganku masuk
menemuinya. Ternyata, kami jumpai beliau sedang makan buah kurma dari sebuah
keranjang bersama dengan beberapa orang sahabatnya. Melihat kedatangan kami
yang masih anak-anak, beliau bangkit, lalu memberikan kepada masing-masing dari
kami segenggam kurma dari ke ranjang itu sembari mengusap kepalakepala kami.”
(HR Thabrani). Yang pasti, Islam tidak mengajarkan pola pendidikan dengan cara
kekerasan. Sebaliknya, Islam justru sangat menekankan pola pendidikan yang lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Bahkan, dalam urusan dakwah pun, setiap dai
diperintahkan untuk menyeru umat manusia dengan cara yang lembut, bijaksana,
dan memberikan nasihat yang baik. (QS an-Nahl [16]: 125).
“Maka,
disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepada- Nya.” (QS Ali Imran [3]: 159). Melalui
pendekatan lemah lembut ini, diharapkan dapat membentuk jiwa anak yang siap
untuk menerima, merespons, dan melaksanakan setiap panggilan kebaikan dengan
penuh ke sa daran, bukan keterpaksaan. Wallahu a’lam.
Sumber
: Republika.Co.Id
Oleh
: Imam Nur Suharno
Comments
Post a Comment