Tugas
akhir kuliah atau yang biasa dikenal dengan skripsi, memang menjadi hal paling
"menegangkan" yang dihadapi sebagian besar mahasiswa. Sebab masa
kuliah bertahun-tahun akan ditentukan oleh hasil akhir skripsi, apakah akan lulus
atau mengulang kuliah ? Tak jarang di masa-masa itu seluruh pikiran, tenaga
hingga dana para mahasiwa tercurah. Banyak aral merintang saat pengerjaan
skripsi jadi tantangan tersendiri yang tentunya memacu adrenalin. Tak sedikit
menyebabkan stres. Tapi fenomena yang terjadi beberapa waktu terakhir terkait
skripsi cukup mengejutkan. Baru-baru ini, tepatnya sehari menjelang Natal 2018
lalu, warga Jatinangor dikejutkan dengan kasus meninggalnya seorang mahasiswa
semester 13 Universitas Padjajaran (Unpad). Mahasiswa berinisial RWP (24 tahun)
ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya. Berdasarkan keterangan sejumlah
pihak, sebelum meninggal RWP mengeluhkan masalah keuangan dan skripsi. Pada
September 2018 kasus kematian yang diduga diakibatkan persoalan skripsi juga
terjadi di Cirebon, Jawa Barat. Dikutip dari salah satu media nasional tanah air,
IR (22 tahun) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Syekh Nurjati
Cirebon tewas gantung diri. Ia merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang
menyusun skripsi. Lalu pada November 2018, Mahasiswa Universitas Negeri Medan
berinisial MMM (23 tahun), juga ditemukan tewas gantung diri. Diduga kuat ia
gantung diri karena stres proposal skripsinya ditolak berulang kali oleh pihak
kampus.
Menanggapi
fenomena ini, psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Salis
Yaniardi mengatakan depresi memang kerap menjadi faktor pendorong orang
melakukan bunuh diri. Depresi merupakan tahap seseorang kehilangan harapan dan
pikirannya terombang-ambing. Untuk masuk ke tahap depresi, orang-orang ini,
menurut Salis, pasti melalui tahap stres. Stres menjadi pintu utama orang masuk
ke tahap depresi. Salis lalu mengungkapkan ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menghindari depresi. Pertama-tama, berbagi cerita kepada orang
yang dipercaya. Mengeluarkan perasaan atau "unek-unek" yang dirasakan
penting dilakukan. Jika tak ada yang dapat dipercaya hubungi ahli atau
psikolog. Minta mereka bersikap profesional untuk tak membeberkan rahasia. Kemudian
yakin akan kemampuan diri. Ini akan menjadi sugesti untuk usaha-usaha yang
dilakukan. Terakhir yang sangat penting adalah berpikir positif dan optimistis.
Menurut Sulis, kedua hal ini kunci dalam setiap jengkal kehidupan.
Hal
serupa diungkapkan laman Psychology Today. Menurut situs tersebut ada beberapa
hal dapat dilakukan untuk melawan depresi. Pertama, kenali bahwa bagian dalam
diri kita kerap mengkritisi diri sendiri. Kritikan dari "suara hati"
ini kadang memperuncing depresi yang kita alami. Di sinilah pentingnya berpikir
positif. Kedua, aktif. Sibukkan diri dengan banyak aktifitas atau bertemu
banyak orang. Ketiga, jangan mengisolasi diri. Berbagi cerita dengan orang lain
tak ada salahnya. Keempat, lakukan hal-hal yang disukai. Hal yang menimbulkan
perasaan senang dalam diri, namun tetap dalam koridor kegiatan positif.
Menonton film-film bergenre komedi bisa jadi pilihan. Terakhir bisa temui ahli.
Di luar negeri mungkin sudah banyak layanan hotline untuk orang-orang yang
mengalami depresi. Tapi tidak di Indonesia, layanan semacam itu rasa-rasanya
belum ada. Untuk itu jangan segan-segan mendatangi psikolog atau ahli kejiwaan,
jika sudah merasa ada yang perlu "dibagi" dengan mereka. Sementara
itu tak ketinggalan peran orang-orang terdekat sangat penting memberi dukungan
moril. Jika kita melihat ada di sekitar, baik itu keluarga, sahabat atau
tetangga, yang menunjukkan tanda depresi, bantu beri dukungan. Jangan
menunjukkan sikap tak peduli, sebab kepedulian kita bisa membantu menyelamatkan
sesama.
Sumber
: Gita Amanda
Comments
Post a Comment