Tidak
ada manusia yang sempurna. Hanya Allah Yang Maha Sempurna. Oleh karena itu,
manusia tidak selalu benar dan lurus dalam hidupnya. Terkadang ia lupa, lalai,
keliru, dan salah. Pada saat seperti inilah ia perlu nasihat untuk mengingatkan
agar ia kembali ke jalan yang benar dan lurus. Orang beriman akan selalu lapang
dada menerima nasihat karena sadar telah berbuat keliru atau salah. Ia tidak
akan pernah ngeyel, tetapi justru bersyukur dan berterima kasih telah
diingatkan. Di antara hikmah diturunkannya agama dan para rasul adalah untuk
menasihati manusia yang telah berbuat keliru dan mengajak kembali ke jalan yang
benar dan baik. Nabi mengatakan, "Agama adalah nasihat." (HR
al-Bukhari dan Muslim). Selain nasihat berupa berita gembira (basyir) untuk
dikerjakan dan diikuti, juga berupa berita buruk (nadzir) untuk dijauhi dan
tidak dilakukan.
Nasihat
juga merupakan salah satu dari baiat (janji setia) sahabat kepada Nabi. Jarir
bin Abdullah mengatakan, "Aku berbaiat kepada Nabi untuk mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap Muslim." (HR
al- Bukhari dan Muslim). Nasihat juga termasuk satu dari enam kewajiban di
antara sesama Muslim. Lima lainnya adalah mengucapkan salam, memenuhi undangan,
mendoakan orang yang bersin, menjenguk ketika sakit, dan mengiringi jenazahnya
(HR Muslim). Kehidupan sosial akan berjalan harmonis dan baik tatkala nasihat
berjalan dengan optimal. Segala potensi buruk akan bisa dihindari sedini
mungkin ketika ada yang memberi nasihat dan peringatan. Kekacauan, kekisruhan,
dan konflik sosial kerap muncul takala tidak ada pihak ketiga yang menengahi
dan menasihati pihak-pihak terkait. Ibarat bara yang tak segera disiram air, ia
dengan cepat berubah menjadi api yang membakar dan menghancurkan semuanya. Nasihat
ibarat air yang menyiram api dan memadamkannya.
Sering
kali terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau pendapat, bukannya menengahi
dengan nasihat kebaikan, malah memperuncing dan memanaskan situasi dengan
menciptakan blok-blok yang saling bertentangan dan bersitegang. Bukannya
kebenaran dan kebaikan yang didapatkan, justru permusuhan, ketegangan, hingga
berujung pada krisis sosial yang dampaknya meluas dan sulit diselesaikan dalam
waktu cepat. Nasihat sesungguhnya bisa meredam situasi buruk seperti itu.
Namun, manusia kerap mengabaikannya. Nabi mengingatkan, "Celakalah orang
yang diberi nasihat, tetapi tidak menerimanya." (HR Ahmad). Nasihat
terkadang tidak selalu diterima dengan baik, tetapi itu tak membuat kita
berhenti memberi nasihat kapan pun dan di mana pun. Orang beriman akan selalu
menerima nasihat dengan lapang dada karena sadar itu adalah bagian dari
perbaikan yang bermanfaat baginya. Ibarat pejalan kaki yang tersesat jalan, ia
memerlukan petunjuk yang mengarahkannya ke tujuan dengan benar. Nasihat adalah
petunjuk itu. Ketika sudah tidak ada lagi nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad,
warisannya yang menjadi sumber utama untuk menasihati kita, yakni Alquran dan
sunahnya. Juga para ulama saleh nan wara' yang tulus dan begitu perhatian dengan
umat saat ini.
Allah
mencintai hamba-Nya yang memberi nasihat dan menerima nasihat baik dengan
lapang dada. Allah menyebut mereka yang saling menasihati sebagai orang yang
terhindar dari kerugian (QS al-'Ashr [103]: 1-3). Imam Hasan al-Bashri seperti dikutip
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Jami' al- 'Ulum wa al-Hikam mengatakan,
"Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai
Allah melalui hamba-Nya, dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi,
ia pun memberi nasihat kepada orang lain." Wallahu a'lam.
Sumber
: REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto
Comments
Post a Comment