Ramadhan
merupakan madrasah bagi orang beriman. Banyak pelajaran yang Allah SWT berikan
pada bulan penuh berkah ini. Kurikulumnya disusun agar setiap Muslim mampu
menaikkelaskan level keimanannya. Wahana untuk melatih diri, menggembleng jiwa,
agar menjadi pribadi berkualitas, hamba yang taat, serta mencapai derajat
takwa. Jiwa kita dididik dan ditempa untuk mengendalikan hawa nafsu. Menahan
diri untuk tidak makan dan minum dan menghindari hal-hal yang bisa membatalkan
ataupun yang merusak pahala shaum. Malam hari, membiasakan qiyamul lail serta
melakukan tadarus Al Qur’an. Itu semua merupakan sebagian kecil mata pelajaran
yang Allah sediakan untuk dimaksimalkan. Apabila diperhatikan lebih dalam,
banyak pelajaran penting dalam madrasah Ramadhan. Pertama, mata kuliah syukur.
Tidak semua orang dapat menginjakkan kakinya pada Ramadhan untuk menikmati
bulan yang penuh rahmat, hidayah, dan ampunan-Nya. Berbahagialah yang
berkesempatan kembali bertemu dengan Ramadhan. Maksimalkan sebaik mungkin
sebagai bentuk rasa syukur. Sebab, tak ada yang tahu, apakah Ramadhan
berikutnya bisa berjumpa kembali atau tidak.
Kedua,
mata kuliah ikhlas dan sabar. Keikhlasan menjadi modal melaksanakan berbagai
aktivitas ibadah pada Ramadhan. Semua dilakukan semata-mata mengharap keridhaan-Nya.
Dengan ikhlas, hati menjadi riang dan ringan menjalankan setiap peribadahan. Sementara
untuk membentengi keikhlasan itu diperlukan kesabaran. Bayangkan, bagaimana
seorang Muslim harus berjibaku dengan nafsunya tatkala ia sedang menjalani
shaum. Bersabar menahan lapar dan dahaga, diam dalam ucapan sia-sia bahkan
dosa, tunduk dari pandangan yang tak membawa berkah, lumpuh dari melakukan
hal-hal yang tak disenangi Allah, bahkan sampai pada tataran berprasangka hanya
yang baik-baik. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah shaum itu sekadar tidak
makan dan tidak minum, melainkan shaum itu adalah mengendalikan diri dari
ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Apabila seseorang
memarahi engkau tanpa sebab yang engkau ketahui, katakanlah kepadanya, 'Saya
sedang shaum.'" (HR Hakim).
Ketiga,
mata kuliah amanah dan jujur. Ramadhan menjadi madrasah untuk menumbuhkan kedua
sifat tersebut. Bayangkan, yang mengetahui seseorang sedang shaum ialah hanya
Allah dan dirinya sendiri. Walaupun seseorang berada dalam kesempatan untuk
mencicipi makanan, ketika sadar bahwa ia sedang shaum maka akan begitu segan
memakannya. Mengapa ? Karena dilihat orang ataupun tidak, ia akan tunduk karena
Allah semata. Madrasah Ramadhan mendidik kita agar menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Sadarilah bahwa Ramadhan adalah waktu yang singkat, sudah
seharusnya diisi dengan melakukan amal kebajikan. Buanglah segala kotoran yang
melekat di dalam diri, jiwa, bahkan harta. Apabila seluruh mata kuliah Ramadhan
diikuti dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, wisuda sebagai manusia takwa
menjadi anugerah (QS al-Baqarah [2]:183) “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”.
Sumber
: Republika.Co.Id.
Oleh
: Mahmud
Comments
Post a Comment