Foto : iStocks by Getty Images |
Pada
era baru sekarang, kehidupan dirasakan semakin keras dan kompetitif hampir di
segala bidang kehidupan. Kenyataan ini mengharuskan kita untuk mempertinggi
kapasitas dan kapabilitas agar bisa eksis, survive, dan dalam persaingan yang
sangat ketat itu kita harus jadi pemenang (be winner), bukan pecundang (loser).
Mental sebagai pemenang ini, menurut Sayyid Qutub, harus menjadi watak dan
karakter kaum Muslim. Iman yang kuat, perjuangan yang tak kenal lelah (jihad),
tahan uji, dan kesabaran yang membaja (shabrun wa tsabat), disertai penyerahan
diri secara total kepada Allah semata (tawakkulun wa tawajjuhun ila Allahi
wahdah), merupakan jalan kemenangan yang diajarkan Islam. (Ma`alim fi
al-Thariq, 1978). Dalam Al Quran, kaum Muslim diingatkan agar memiliki kesiapan
mental sebagai pemenang, memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang
tinggi, dan tak boleh memelihara sikap keluh kesah (blaming) apalagi sindrom
rendah diri. “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati. Padahal, kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu
orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]: 139).
Untuk
menjadi pemenang, selain memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan tinggi
(skillful), kita perlu membekali diri dengan empat kekuatan lain. Pertama, visi
atau cita-cita yang tinggi (himmah aliyah). Perlu disadari bahwa manusia hanya
sebesar visinya, tak lebih dari itu. Visi adalah kekuatan, karena menurut para
ulama visi bisa merobohkan hambatan sebesar gunung sekali pun (himmat al-rijal
tahdim al-jibal). Kedua, keyakinan yang kuat bahwa apa yang dicita-citakan akan
menjadi kenyataan. Keyakinan juga penting, karena orang yang tidak yakin ia tak
bisa melangkah lebih jauh. Keyakinan berbeda dengan preferensi. Preferensi bisa
ditawar-tawar, sedangkan keyakinan tidak. Bagi para pejuang Islam, keyakinan di
sini termasuk keyakinan akan janji kemenangan dan pertolongan dari Allah. “Hai
orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7).
Ketiga,
keberanian (syaja'ah) dalam mencapai cita-cita. Keberanian, kata al-Ghazali,
termasuk salah satu keutamaan yang menjadi pangkal kebaikan dan kemenangan. Tak
ada keberhasilan tanpa keberanian, baik dalam soal agama maupun dunia. Keberhasilan
hanya milik orang-orang yang berani. Yaitu, keberanian dalam mengambil
keputusan serta membela dan mempertahankan apa yang diyakini sebagai kebenaran
apa pun risikonya. (QS al-Maidah [5]: 54). Keempat, mental dan karakter
pemenang. Salah satu karakter pemenang adalah menjadi pelaku atau pemain player
(fa'il) bukan penonton apalagi hanya objek tontonan (maf'ul). Sebab, hanya
pemainlah yang berpeluang besar menjadi pemenang. Maka, perintah Alquran agar
kita bersaing (QS al-Baqarah [2]: 148), bersikap profesional, ihsan dan itqan
(QS an-Naml [27]: 88), hidup dan mati sebagai yang terbaik, dan the best (QS
al-Mulk [67]: 2), semuanya merupakan pembelajaran agar kita memiliki mental dan
karakter sebagai pemenang. Wallahu a`lam.
Sumber
: khazanah.republika.co.id
Oleh
: A Ilyas Ismail
Comments
Post a Comment